Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Utang Meningkat karena Penguasa Ekonomi Pilih Cara Mudah

Kompas.com - 16/10/2012, 23:06 WIB
Sonya Helen Sinombor

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Guru Besar Universitas Indonesia Sri-Edi Swasono berpendapat, Indonesia adalah negara yang kaya raya tapi utang pemerintah terus meningkat. Surat utang negara mencapai Rp 811 triliun, yang berarti meningkat 100 persen lebih selama 2005-2012.

Hal ini disebabkan karena penguasa-penguasa ekonomi pemerintah cenderung memilih easy way (cara yang mudah), yaitu melakukan utang baru untuk membayar utang lama yang jatuh tempo.

"Nilai utang luar negeri kita tercatat naik tajam secara nominal. Pada tahun 2011 total hutang luar negeri 220 miliar dollar AS di mana 119 miliar dollar AS merupakan utang pemerintah dan bank sentral, dan utang swasta 201 miliar dollar AS. Tahun 2006 total utang kita hanya 130 miliar dollar AS," paparnya dalam orasi ilmiah pada Upacara Dies Natalis ke-55 Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, Selasa (16/10/2012).

Dalam orasi ilmiah berjudul "Kemerdekaan Nasionalisme dan Kemandirian Ekonomi" Sri-Edi Swasono yang juga Penasihat Menteri PPN/Bappenas dan Ketua Umum Majelis Luhur Tamansiswa mengatakan ketergantungan yang tinggi pada beban hutang tersebut tentu membebani RAPBN. Di samping itu situasi ekonomi dunia berpotensi menaikkan kurs dollar AS yang akan merupakan beban Indonesia.

"Kita tidak mandiri di dalam migas, bahkan kita membuat Undang-Undang Migas (UU Nomor 22 Tahun 2001) yang melepaskan kedaulatan migas kita dan Pertamina yang seharusnya bagga sebagai pemegang kedaulatan di masa lampau, harus memelihara ketertundukkannya kepada BP Migas (Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi)," paparnya.

Yang lebih mencemaskan lagi, kata Sri-Edi, Indonesia sebagai negara agraris yang sempat membuat Belanda menjadi negara besar terhormat di Eropa Barat, karena kekayaan agraria pada zaman Hindia Belanda, kini 70 persen pangannya diimpor dari luar negeri.

"Kita mengimpor beras, jagung, terigu, dan gandum, daging sapi, susu, gula, garam, ikan asin, 40 jenis ikan segar, yang juga kita memilikinya. Berbagai buah-buahan, sayuran, dan produk hortikultura, dan tidak ketinggalan the dan kopi pun kita impor dalam jumlah besar," katanya.

Dalam acara orasi tersebut, Sri-Edi juga mengungkapkan bahwa dua hari yang lalu ia sempat berbicara secara pribadi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan dalam pembicaraan tersebut Yudhoyono mengungkapkan bagaimana harus berhati-hati dan waspada, serta bijaksana menghadapi kekuasaan dan pemaksaan IMF.

"Kesan saya sangat kuat, bahwa Presiden SBY tidak suka 'disombongi' oleh IMF dan menolak 'diremehkan' oleh negara tetangga yang 'nyerobot' Reog Ponorogo, dan lain-lainnya itu. Saya khawatir Presiden SBY juga 'terteror' oleh pejabat di sekitarnya yang tidak teguh berideologi nasional," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com