Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor Beras Tidak Realistis

Kompas.com - 03/11/2012, 18:53 WIB
Hermas Effendi Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Seperti sudah diprediksi sebelumnya, tahun ini pemerintah melalui Kementerian Perdagangan akan mengimpor 100.000 ton beras dari Kamboja. Ini bagian dari kontrak pembelian beras 1 juta ton. Adapun dari Vietnam akan diimpor beras 200.000 ton juga sebagai bagian kontrak kerjasama Vietnam.

Said Abdullah, Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, Sabtu (3/11/2012), di Jakarta mengatakan, pemerintah melakukan impor dengan argumentasi bahwa cadangan beras nasional masih kurang sekitar 1 juta ton dari cadangan ideal sekitar 3,3 juta ton.

Saat ini cadangan beras nasional yang ada hanya 2,2 juta ton dari total 3,4 juta ton beras dimiliki Bulog dikurangi keperluan PSO (public service obligation), beras raskin 1,2 juta ton.

Keputusan kembali impor beras, bertolak belakang dengan pernyataan Bulog mupun Menteri Pertanian pada awal tahun ini. Menurut mereka pemerintah menyatakan tidak akan melakukan impor beras tahun ini. Menjadi pertanyaan jika kemudian impor tetap dilakukan.

"Apakah prediksi produksi yang dilakukan tidak tepat atau ada kepentingan lain?" tanyanya.

Seperti sudah menjadi rutinitas, impor dilakukan dengan dalih cadangan beras masih kurang. Padahal pada saat bersamaan produksi padi relatif cukup, bahkan lebih, untuk mencukupi target cadangan beras. Pada titik ini lebih karena ketidakmampuan Bulog menyerap beras nasional.

Pada kenyataannya, cadangan beras nasional yang dikelola Bulog tidak ada hubungan langsung dengan produksi padi dalam negeri. Karena seringkali kemampuan penyerapan beras bulog atas hasil produksi nasional sangat rendah bahkan tak lebih dari 10 persen.

Berapapun hasil produksi nasional, jika Bulog tidak mampu menyerap lebih banyak beras dalam negeri dengan alasan keterbatasan anggaran dan harga yang tinggi maka sudah pasti impor dilakukan. Persoalan impor tidak hanya berhenti di Bulog tetapi juga menyangkut soal stabilitas harga dan pendapatan petani.

Seperti sudah lazimnya impor dilakukan pada akhir tahun, karena masa paceklik. Impor yang dilakukan bahkan kadang terus berlangsung hingga awal tahun. Situasi ini tentu saja mempengaruhi psikologi pasar dan petani.

Rumor tentang impor saja bisa langsung menurunkan harga, apalagi jika beras sampai masuk ke wilayah produsen beras. Padahal, situasi saat ini petani sedang menikmati puncak harga.

Hampir di semua wilayah produsen beras di Jawa harga gabah dan beras jauh diatas HPP. Dengan demikian petani mendapatkan keuntungan yang lebih dibandingkan musim lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com