Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Formula Harga Gas Tangguh Dirumuskan

Kompas.com - 06/11/2012, 06:46 WIB

Jakarta, Kompas - Sebanyak 40 persen dari hasil produksi gas proyek pengembangan tahap dua Tangguh, yang berlokasi di Teluk Bintuni, Papua Barat, akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, terutama untuk pembangkit listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara. Untuk itu, pemerintah sedang merumuskan formula harga gas dari lapangan gas tersebut.

Menurut Deputi Perencanaan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Widhyawan Prawiraatmadja, Senin (5/11), di Jakarta, 40 persen dari hasil produksi gas dari Train 3 Tangguh yang direncanakan mulai berproduksi pada tahun 2018 akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan domestik, sedangkan 60 persen akan diekspor.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Evita H Legowo menyatakan, dalam kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Inggris pekan lalu, beberapa hal telah disepakati terkait dengan rencana pengembangan tahap dua (POD-2) Train (unit) 3 Tangguh, antara lain alokasi dan harga gas. ”POD-2 Tangguh diharapkan ditandatangani akhir November nanti,” ujarnya.

Dari proyek itu, pemerintah berniat mengalokasikan gas dari Train 3 Tangguh itu sebanyak 24 kargo per tahun untuk pembangkit listrik PT PLN. Pemerintah juga akan mengalokasikan sebagian hasil gas, baik dari pengalihan pasokan gas dari Train 1 dan Train 2 yang semula untuk Sempra ke pembeli lain maupun dari Train 3 untuk konsumen domestik lain, yakni industri.

Terkait dengan pasokan gas Train 1 dan 2 Tangguh yang dialihkan dari Sempra, perusahaan energi asal Amerika Serikat, ke pembeli lain, Widhyawan menjelaskan, pemerintah masih menghitung kebutuhan gas untuk PLN dan konsumen domestik lain.

Harga PLN

Pasokan gas untuk domestik itu sejalan dengan ketersediaan infrastruktur gas, misalnya pengoperasian terminal penerima gas Arun, Lhokseumawe, dan Jawa Tengah. Karena itu, kontrak penjualan gas hasil pengalihan dari Sempra itu bukan jangka menengah dan panjang.

Selain itu, menurut Evita, saat ini pemerintah merumuskan formula harga gas Tangguh yang dihasilkan Train 3 dan pengalihan pasokan gas yang semula untuk Sempra, apakah memakai formula ICP (harga rata-rata minyak mentah Indonesia) atau Japan Cocktail Crude (JCC).

”Kemungkinan formula harganya 11-13 persen dari ICP/JCC. Ini lebih rendah dari kesepakatan harga gas Tangguh antara BP dan PLN yang berkisar 11-14 persen dari ICP/JCC,” ujarnya.

Pemerintah menilai harga gas Tangguh yang disepakati antara PLN selaku pengguna gas dan BP selaku operator Kilang Tangguh terlalu tinggi untuk pasar domestik. Oleh karena itu, pemerintah kemungkinan akan menetapkan formula harga gas yang berbeda atau lebih rendah untuk konsumen gas lain, terutama untuk industri sehingga mendorong daya saing industri nasional.

(EVY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usia Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usia Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com