Jakarta, Kompas
”Secara kumulatif, pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) Indonesia hingga triwulan III-2012 dibandingkan periode yang sama tahun 2011 tumbuh sebesar 6,29 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin, di Jakarta, Senin (5/11).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2012 mengasumsikan pertumbuhan ekonomi 2012 sebesar 6,5 persen. APBN 2013 mengasumsikan pertumbuhan 6,8 persen.
Besaran PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun ini mencapai Rp 2.122,8 triliun sehingga kumulatif triwulanan mencapai Rp 6.151,6 triliun.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan PDB triwulan III tahun ini terhadap triwulan sebelumnya didorong kenaikan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 2,94 persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) sebesar 2,71 persen. PMTB (investasi) adalah pengeluaran untuk barang modal dengan umur pemakaian lebih dari satu tahun dan bukan barang konsumsi.
Komponen-komponen lainnya turun, seperti Pengeluaran Konsumsi Pemerintah turun 0,07 persen, Ekspor Barang dan Jasa turun 0,21 persen, serta Impor Barang dan Jasa turun 8,36 persen. Pertumbuhan PDB pengeluaran triwulan III-2012 dibandingkan triwulan III-2011 ditopang kenaikan PMTB sebesar 10,02 persen dan PKRT 5,68 persen.
Komponen-komponen lain juga mengalami penurunan, seperti Pengeluaran Konsumsi Pemerintah turun 3,22 persen, Ekspor Barang dan Jasa turun sebesar 2,78 persen, serta Impor Barang dan Jasa turun 0,54 persen.
Secara kumulatif, pertumbuhan PDB didorong kenaikan komponen PMTB sekitar 10,77 persen dan PKRT sebesar 5,29 persen. Komponen lain ikut mendukung pertumbuhan PDB, yakni Pengeluaran Konsumsi Pemerintah naik 2,93 persen, Ekspor Barang dan Jasa naik 2,21 persen, serta Impor Barang dan Jasa naik 6,04 persen.
Suryamin menjelaskan, belanja pemerintah turun akibat penurunan belanja pegawai. ”Pada tahun ini, realisasi gaji ke-13 dibayarkan pada Juli 2012, jadi pada triwulan II,” lanjutnya.
Country Director Bank Dunia untuk Indonesia Stefan Koeberle, di Jakarta, pernah menegaskan, kinerja pertumbuhan Indonesia saat ini tetap kuat, tetapi masih ada risiko penurunan yang cukup besar terhadap perkiraan ekonomi dunia. Untuk menjamin investasi tetap datang, Indonesia harus memastikan peraturan yang jelas dan konsisten serta terus meningkatkan kualitas belanja pemerintah yang dapat membantu ketahanan perekonomian Indonesia.
Bank Dunia dalam perkiraan perkembangan triwulan perekonomian Indonesia edisi Oktober 2012 memproyeksikan PDB Indonesia tumbuh 6,1 persen tahun 2012 dan naik menjadi 6,3 persen tahun 2013. Pertumbuhan Indonesia masih kuat, yakni 6,4 persen (tahunan) pada triwulan II-2012, dengan dorongan konsumsi swasta dan meningkatnya investasi.
Ekonom Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Mirza Adityaswara, secara terpisah menyatakan, pelambatan perekonomian nasional terjadi karena pelemahan kinerja permintaan ekspor komoditas pertambangan dan perkebunan, termasuk turunnya harga komoditas. Akibatnya, terjadi pelemahan daya beli masyarakat di daerah penghasil tambang dan perkebunan.
”Namun, secara relatif pertumbuhan kita lebih baik daripada banyak negara lain di Asia, apalagi dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Serikat,” kata Mirza.
Dia mengingatkan adanya kemungkinan defisit apabila impor masih terus melaju kencang dibandingkan pelambatan ekspor.
Ekonom Sustainable Development Indonesia, Dradjad Hari Wibowo, menegaskan, target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 sebesar 6,5 persen diyakini tidak akan tercapai. Alasannya, guna mencapai target itu, pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2012 minimal 7 persen.
”Hanya keajaiban ekonomi yang bisa membuat seperti itu (pertumbuhan minimal 7 persen). Sementara kondisi global dan domestik tidak mendukung pertumbuhan 7 persen lebih. Rasanya pertumbuhan tahun ini 6,2-6,3 persen,” ujar Dradjad.
Pelambatan ekonomi, menurut dia, memang terjadi. Selama tidak ada gejolak, pelambatan tersebut masih bisa diterima.
Dradjad mengingatkan, ada risiko gejolak yang berasal dari persoalan perburuhan. Jika gejolak ini tidak tertangani baik, pertumbuhan triwulan IV-2012 bisa anjlok cukup besar ke 6 persen atau lebih rendah.