Keboan, Kerbau, Banyuwangi di Bulan Suro

SARAPAN pagi di acara selamatan belum usai. Namun, saat itu tiga orang mengikuti warga lain yang sudah kesurupan roh kerbau. Ketiga orang itu menuntun ”si kerbau”—maksudnya manusia yang kesurupan roh kerbau—mencari air di sawah untuk berkubang.

Benar saja, ”si kerbau” langsung liar dan menceburkan diri ke kubangan sesampai mereka di sawah. Tak lama setelah itu, ”kerbau-kerbau” lain datang diiringi warga desa untuk berkubang di sawah. Entah berapa orang yang menjadi kerbau pada Minggu (18/11/2012) pagi itu.

Sontak kubangan buatan di tengah sawah tersebut penuh dengan warga. Ratusan orang memenuhi sawah untuk menyaksikan ulah ”kerbau”. Beberapa orang sempat kewalahan mengatur ”kerbau-kerbau” itu. Bahkan, di antara mereka ada yang lepas kendali dan berlari menabrak siapa saja yang ada di depannya.

Setelah puas berkubang, ”kerbau” itu dipersiapkan untuk diarak keliling Desa Aliyan, Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Alat bajak tradisional serta topi bertandung dan berambut tali plastik pun siap dipasangkan pada ”kerbau”.

Puas berkeliling, warga berkumpul di salah satu perempatan desa. Di sinilah sejumlah warga menebarkan benih padi yang kemudian akan menjadi rebutan warga. Mereka berharap benih itu membawa berkat bagi sawah mereka.

Warga Desa Aliyan percaya bahwa ritual tahunan yang selalu dilaksanakan pada bulan Suro itu telah ada sejak nenek moyang mereka. Selain untuk tolak bala, ritual tahunan tersebut juga menjadi simbol rasa syukur atas panen dan berkah.

Lewat ”kerbau”, warga desa menyampaikan rasa syukurnya. (Wisnu Widiantoro)