Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lembah Harau, Dinding Tebing yang Memesona

Kompas.com - 15/12/2012, 05:49 WIB

KOMPAS.com - Pariwisata Sumatera Barat memang luar biasa. Alamnya indah dan masih alami. Tengoklah Lembah Harau di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan ibukotanya Payakumbuh. Menurut David, pemandu wisata yang memandu rombongan fam trip Mandala Airlines, Senin (3/12/2012), Payakumbuh merupakan penghasil telur terbesar di Sumbar.

David melanjutkan,  Lembah Harau mempunyai sembilan air terjun atau sarasah yang memesona. Sambil mendekati Lembah Harau, David mengemukakan, di Payakumbuh tidak ada dataran rendah dan tinggi. "Hampir rata. Sehingga air yang Anda lihat seperti tidak mengalir. Mentok sana-sini, tapi tidak banjir," katanya.

Saat melewati Lembah Harau, pengunjung seperti dikepung tebing dan batu cadas berwarna kemerah-merahan yang tingginya mencapai 100-200 meter. Luar biasa! Memasuki kawasan ini mata Anda akan dimanjakan betapa indahnya panorama di lembah ini. Ketika menyusuri jalanan diapit tebing, di kiri-kanan sawah dan pohon yang masih hijau dan rimbun. Selain tingginya tebing, hal yang menarik sudah pasti air terjun yang mengalir deras.

Tak aneh kalau anak-anak sekolah pada siang itu beramai-ramai mengunjungi air terjun untuk sekadar kumpul bersama teman atau merasakan segarnya air terjun di sana.

Menurut legenda, dulunya di atas tebing berdiri sebuah kerajaan. Sedangkan lembahnya merupakan lautan. Suatu hari, putri kerajaan terjun ke laut karena tak diizinkan menikah dengan lelaki pilihannya. Sang raja lantas memerintahkan rakyatnya mencari sang putri. Namun hingga laut dikeringkan, jenazah sang putri tetap tak ditemukan. Kini laut yang menjadi daratan itu kini dikenal sebagai Lembah Harau.

Berdasarkan survei yang dilakukan Tim Geologi Jerman yang meneliti jenis bebatuan yang terdapat di Lembah Harau pada tahun 1980 menyebutkan bahwa batuan yang ada sejenis bebatuan yang umumnya terdapat di dasar laut.

Sembilan air terjun di Lembah Harau ini memiliki ketinggian yang berbeda-beda, yakni antara 50-90 meter. Air terjun tersebut mengalir dari atas jurang yang membentang di sepanjang Lembah Harau.

Harau diyakini berasal dari kata ‘parau’, istilah lokal yang artinya suara serak. Dulu, penduduk yang tinggal di atas bukit sering menghadapi banjir dan longsor sehingga menimbulkan kegaduhan dan kepanikan. Penduduknya sering berteriak histeris dan akhirnya suara mereka parau. Dengan suara penduduk yang parau didengar maka daerah tersebut dinamakan ‘orau’ lantas berubah menjadi ‘arau’. Lama kelamaan penyebutan lebih sering menjadi ‘harau’.

Di Lembah Harau ini terdapat air terjun bernama Bunta Waterfall atau secara lokal disebut Sarasah Bunta. Air terjun ini mengalirkan air dari dataran tinggi dengan tiga air terjun lainnya. Sarasah Bunta ini mempunyai air terjun yang berunta-unta indah. Saat terpancar sinar matahari seperti bidadari sedang mandi sehingga dinamakan Sarasah Bunta.
 
Air terjun Sarasah Bunta pertama kali dibuka tanggal 14 Agustus 1926 oleh Asisten Residen Lima Puluh Kota F. Rinner bersama Tuanku Laras Datuk Kuning Nan Hitam dan Asisten Demang Datuk Kodoh Nan Hitam. Prasasti penanda ini mengisyaratkan keindahan air terjun Sarasah  Bunta.
 
Sementara di Sarasah Aie Luluih, airnya mengalir melewati dinding batu dan di bawahnya mempunyai kolam tempat mandi alami yang asri. Ada kepercayaan masyarakat setempat bila mandi atau membasuh muka di sini dapat mengobati penyakit dan menjadikan wajah cantik serta awet muda.

Di Sarasah Murai, sering pada siangnya burung murai mandi sambil memadu kasih sehingga masyarakat menamakan Sarasah Murai.

Hal lain yang menarik dari Lembah Harau adalah lembah echo, yaitu sebuah lokasi yang jika Anda berteriak, maka teriakan Anda akan memantul di dinding tebing dan menghasilkan gema atau echo. Silakan Anda bebas berteriak berulang-ulang di titik ini.

Dari Bukittinggi, Lembah Harau berjarak sekitar 47 kilometer. Kalau dari Padang sekitar 138 Km yang memakan waktu 3 jam. Memang tersedia juga transportasi umum. Namun lebih memudahkan jika Anda menggunakan mobil pribadi.

Melihat potensi pariwisata Sumbar itu, maskapai penerbangan Mandala Airlines membuka penerbangan Jakarta-Padang dan Singapura-Padang. Direktur Komersial Mandala Airlines, Brata Rafly beralasan manajemen Mandala membuka rute baru Padang-Singapura karena melihat potensi pariwisata Sumbar yang luar biasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com