Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Sebab Foxconn Tunda Investasi di Indonesia

Kompas.com - 17/12/2012, 12:22 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian MS Hidayat membenarkan bahwa Foxconn menunda investasinya di Indonesia. Ada tiga hal yang menyebabkan hal tersebut. Apa saja?

"Foxconn memang masih menunda, baik masalah pajak (tax), belum tercapainya kesepakatan dengan partner dan soal lahan," kata Hidayat di kantor Kementerian Perindustrian Jakarta, Senin (17/12/2012).

Hidayat mengatakan pabrikan besar di China yang memproduksi sejumlah perangkat populer seperti iPhone dan iPad dari Apple ini sebenarnya menginginkan ada fasilitas khusus seperti pajak bea masuk dan beberapa aturan yang belum bisa disepakati antara kedua belah pihak.

"Untuk sementara, aturan ini tidak bisa kita ubah, ada policy yang belum bisa mereka sepakati," tambahnya.

Kedua, dalam hal kesepakatan dengan partner lokal. Tampaknya, Foxconn ini belum sepakat dengan partner lokal untuk bisa kerjasama.

Ketiga, soal masalah lahan yang belum ada kesepakatan. "Komitmennya mereka hanya menunda 3-6 bulan ke depan," katanya.

Solusinya, pemerintah akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait terutama Dirjen Pajak dan Kementerian lainnya untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut.

Hidayat juga menjelaskan bahwa Foxconn tidak akan langsung investasi 10 miliar dollar AS sekaligus, tapi secara bertahap 2-3 miliar dollar AS.

Sekadar catatan, menurut berita AFP yang dikutip oleh The Next Web, perusahaan induk yang menaungi Foxconn, Hon Hai, gagal mencapai kata sepakat dengan pemerintah Indonesia menyangkut pembangunan  konstruksi pabrik yang awalnya akan dimulai akhir tahun ini. Nilai rencana investasi Hon Hai di Indonesia dikatakan mencapai angka 10 miliar dollar AS.

Proyek tersebut sebelumnya disebutkan akan mulai direalisasikan sebelum 2013, sementara konstruksi rencananya bakal dikerjakan bulan ini di lokasi calon pabrik.

Kini, laporan yang dilansir oleh Taiwan Central News Agency mengabarkan bahwa Hon Hai mengalami kesulitan terkait dengan peraturan pemerintah Indonesia soal impor perangkat mobile dan perlindungan terhadap barang palsu. Akibatnya persoalan rencana investasi perusahaan itu sekarang dipenuhi ketidakpastian.

Hon Hai sebelumnya pernah mengatakan bakal menanam modal sebesar 1 miliar dollar AS untuk membikin fasilitas produksi perangkat mobile di Indonesia, negeri dengan populasi 240 juta orang. Belakangan, pejabat pemerintah mengklaim angka tersebut bisa mencapai kisaran 10 miliar dollar AS, di samping turut menerangkan bahwa Hon Hai berniat membangun pusat teknologi ala Silicon Valley di Indonesia.

Klaim pemerintah tersebut tidak diperkuat oleh pernyataan dari Hon Hai, karena fokus utama perusahaan tersebut memang terletak di manufaktur, bukan pengembangan kawasan teknologi.

Para pejabat pemerintah dikabarkan terus berupaya untuk menarik investasi. Indonesia akan sangat diuntungkan apabila Hon Hai bersedia memberikan komitmennya.

Perusahaan asing besar yang turut berniat membuka fasilitas produksi di tanah air antara lain adalah Samsung. Di samping investasi ini, Hon Hai memiliki  sejumlah proyek lain yang belum terlaksana. Investasi yang diajukan pada Sharp, misalnya, masih tertunda selagi menunggu evaluasi soal rencana kepemilikan 10 persen dari perusahaan teknologi Jepang itu.

Hon Hai juga memiliki basis manufaktur di China dan Brazil. Minggu lalu, perusahaan tersebut mengumumkan rencana untuk ekspansi ke Amerika Serikat.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com