Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budidaya Rumput Laut di Bali Tergusur

Kompas.com - 26/12/2012, 11:58 WIB
Brigita Maria Lukita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembudidayaan rumput laut di Bali kian terdesak oleh pengembangan pariwisata dan properti. Pemerintah diminta segera mengatur penataan kawasan agar aktivitas budidaya rumput laut, terutama di daerah Pantai Geger, Nusa Dua, bisa bertahan.

Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis, Rabu (26/12/2012) mengemukakan, rumput laut pertama kali dibudidayakan di Bali sekitar 30 tahun lalu di Pantai Terora, Nusa Dua. Namun, seiring dengan perkembangan pariwisata, wilayah tersebut tidak lagi kondusif bagi aktivitas budidaya rumput laut sehingga dipindahkan ke Pantai Geger.

"Beberapa tahun terakhir ini, perkembangan wisata di Pantai Geger pun semakin gencar mulai dari pembangunan hotel-hotel dan fasilitas wisata lainnya. Hal ini mengancam kelestarian usaha rumput laut di daerah tersebut," ungkap Safari.

Para petani rumput laut dilarang oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan aktivitasnya seperti menjemur rumput laut di pinggir pantai dan membongkar tempat penyimpanan rumput laut kering dengan kompensasi Rp 2 juta per kepala keluarga (KK). Mereka juga dijanjikan akan dipekerjakan sebagai karyawan hotel. Namun, tidak semua dapat bekerja di sektor itu karena kendala usia, pendidikan dan keahlian.

Akibat terdesaknya wilayah budidaya rumput laut, terjadi penurunan jumlah pembudidaya dari 100 kepala keluarga menjadi hanya tersisa 30 kepala keluarga. Pembudidaya yang masih tersisa itu harus mencari lahan penjemuran yang jauh. Akibatnya, produksi rumput laut menjadi jauh berkurang. Pihaknya menyayangkan adanya hambatan tersebut karena sebelumnya rumput laut sangat membantu ekonomi masyarakat pesisir.

Kondisi tersebut sungguh ironis, mengingat bahwa Indonesia untuk pertama kalinya ditunjuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan 21st International  Seaweed Symposium 2013 (simposium internasional rumput laut ke 21) di Bali yang akan dihadiri peserta dari sekitar 60 negara yang akan membicarakan perkembangan rumbut laut, baik terkait penelitian terbaru maupun kondisi industri dan bisnis rumput laut dunia.

"Kami harapkan ada tata ruang yang ditetapkan oleh pemerintah agar ada pembedaan antara wilayah pariwisata dan wilayah budidaya rumput laut. Perlu dipertimbangkan kembali karena aktivitas budidaya rumput laut sebenarnya bisa menjadi bagian dari pariwisata di Bali, bahkan bisa menangkal abrasi dan membersihkan air di pantai" kata Safari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Whats New
Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Whats New
Syarat dan Cara Pinjam Uang di Pegadaian, Bisa Online Juga

Syarat dan Cara Pinjam Uang di Pegadaian, Bisa Online Juga

Earn Smart
Memenangkan Ruang di Hati Pelanggan

Memenangkan Ruang di Hati Pelanggan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com