Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penurunan Peringkat Perancis dan Ekonomi Dunia

Kompas.com - 28/12/2012, 11:20 WIB

Apressyanti Senthaury

KOMPAS.com - Keputusan Moody’s memangkas peringkat utang Perancis menjadi Aa1 dari sebelumnya Aaa dengan outlook negatif beberapa waktu lalu menyadarkan khalayak. Kabut gelap pun berpeluang mengepung perekonomian global di tengah berbagai sinyal perlambatan ekonomi yang juga mendera negara-negara besar lainnya.

Menyeruaknya pemberitaan mengenai posisi Perancis di mata salah satu lembaga pemeringkat ternama dunia itu seakan menguatkan pertanda buat partisipan pasar mengenai situasi riil global market. Sebenarnya, hal ini lebih dikarenakan bahwa Paris telah kehilangan predikat top credit rating-nya di saat Eropa diselimuti banyak persoalan. Padahal, negara yang pernah dipimpin oleh Nicholas Sarkozy itu merupakan negara terbesar kedua dalam persatuan negara Zona Euro.

Bisa dibayangkan, betapa telah meluas dan membahayakannya permasalahan utang di Benua Biru. Bahkan, sangat mungkin jika turunnya peringkat tersebut akan memunculkan masalah lain seputar politik, keuangan atau moneter yang lebih membebani Perancis.

Penurunan ranking ini ditengarai banyak pihak disebabkan oleh memburuknya prospek pertumbuhan ekonomi negerinya menara Eiffel sebagai akibat dari krisis utang Eropa yang berkepanjangan.

Selain itu, perbankan Perancis merupakan pemegang obligasi pemerintah Yunani terbesar. Terlebih kecamuk masalah utang Athena tak kunjung juga usai meski berbagai cara telah ditempuh. Jadi, bisa dibayangkan potensi ancaman yang ikut membayangi Paris. Kepercayaan pelaku pasar pun potensi pupus seiring dengan pergerakan mata uang euro berikut aset-aset berisiko lainnya hingga menguatkan indikasi suramnya tutup tahun 2012.

Memang, komposisi eksposur bank-bank di Perancis banyak tertahan di Yunani yang terkenal sebagai Negeri Dewa-Dewi sehingga bakal memicu Paris terkena imbas negatifnya. Akan tetapi sebenarnya, terdapat ancaman lain yang disebabkan oleh persoalan utang negara PM Antonis Samaras itu.

Intaian bahaya menanti Inggris selaku negara pemilik eksposur terbesar atas Yunani misalnya. Apalagi, London juga masih bergulat dengan problema ekonomi negaranya sendiri. Belum lagi dampak ikutan yang menghadang perekonomian Benua Eropa berikut ekonomi dunia sebagai akibat masalah utang negara-negara Zona Euro.

Perancis dalam Eurozone

Sebagai salah satu negara maju di dunia, Perancis menduduki kedudukan penting dalam perekonomian global. Apalagi Paris merupakan anggota Euro Zone (EZ). Sebuah perkumpulan negara-negara penting di Benua Eropa yang menggunakan mata uang bersama, yaitu euro.

Berpadunya 17 negara Eropa itu merupakan salah satu sumber pergerakan ekonomi dunia. Apalagi mereka juga menjadi tujuan ekspor negara-negara besar produsen barang-barang konsumsi, seperti Amerika Serikat dan China. Bayangkan imbas negatifnya apabila kelompok ini terus-menerus dirundung masalah kompleks yang membahayakan kawasannya.

Tentu saja semua orang kini pastilah mulai paham bagaimana problema krisis utang yang saat ini membelit negara-negara kawasan Benua Biru itu. Karena kondisi ini telah berlangsung sejak 3 tahun yang lalu. Parahnya, persoalan utang di area EZ saat ini telah mengjangkiti negara anggota dengan skala perekonomian yang besar, tak hanya negara-negara kecil.

Dan Perancis, negara yang termasuk dalam kategori sepuluh negara terbesar perekonomiannya di dunia itu kini menjadi pantauan pasar global. Mengingat, salah satu pendiri perkumpulan negara EZ itu memiliki hubungan yang cukup erat dengan Yunani, negara Zona Euro pertama yang terhantam persoalan sovereign debt. Kendati, kekhawatiran itu belumlah seburuk ancaman yang menghantui Yunani sendiri, Irlandia, Portugal atau pun Spanyol.

Efek penyebaran masalah utang area Eropa yang semakin menjalar kemana-mana itu telah mendorong seluruh anggota Euro Zone bersama-sama berupaya menangkal efek buruk persoalan utang tersebut. Sekaligus mencarikan solusi buat problema krisis utang Zona Euro.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com