Hal itu bisa dilakukan jika konsumsi bahan bakar minyak (BBM) ditekan dengan cara menaikkan harganya. ”Lonjakan impor migas (minyak dan gas bumi) ini harus diperhatikan karena nilainya telah menyeret defisit ke angka cukup besar. Kalau tidak disikapi, tahun ini impor migas kembali membengkak,” kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, di Jakarta, Jumat (4/1).
Defisit migas sepanjang periode Januari-November tercatat 4,8 miliar dollar AS, sementara nonmigas masih mencatatkan surplus 3,5 miliar dollar AS. Impor migas tercatat 38,8 miliar AS, sementara ekspor mencapai 34 miliar dollar AS. Komposisi impor terdiri dari minyak mentah 10 miliar dollar AS, hasil minyak 25,99 miliar dollar AS, dan gas sebesar 2,8 miliar dollar AS.
Menurut Gita, konsumsi BBM yang terus membengkak membuat aktivitas impor terus meningkat. Karena itu, hal tersebut harus disikapi dengan menaikkan harga BBM. Subsidi BBM seharusnya dialihkan untuk kepentingan lain yang bersifat lebih produktif.
Selain menekan impor migas, pengurangan defisit juga dilakukan dengan peningkatan nilai tambah komoditas. Harga komoditas sepanjang tahun 2012 mengalami penurunan sekitar 30 persen. Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan ekspor berupa komoditas mentah. Komoditas harus diolah dahulu sehingga ada penambahan nilai.
Gita mengatakan, total ekspor tahun 2012 diperkirakan mencapai 190 miliar dollar atau turun 6 persen dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 203 miliar dollar AS. ”Untuk tahun 2013, saya juga tidak muluk-muluk. Dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global, maka capaian ekspor tahun ini akan sama dengan tahun lalu,” ujarnya.
Sementara itu Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi Agus Sarwono mengemukakan, BI yakin neraca pembayaran Indonesia akan semakin baik pada tahun 2013 ini. Kendati transaksi berjalan masih defisit, transaksi modal dan finansial surplus sehingga keseluruhan neraca pembayaran surplus.
”Kecenderungannya, surplus neraca pembayaran membesar karena defisit transaksi berjalan berkurang dengan transaksi modal dan finansial yang membaik,” kata Hartadi di Jakarta.
Dengan membaiknya neraca pembayaran Indonesia (NPI), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan menguat. Namun, Hartadi menyatakan, kapan kondisi itu terjadi belum dapat dipastikan. ”Sabar saja, kita lihat nanti,” ujar Hartadi.
Dari kurs tengah BI, Jumat, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mencapai Rp 9.675 per dollar AS.
Indikasi transaksi berjalan membaik terlihat dari impor yang menurun dan ekspor yang meningkat sejalan dengan membaiknya perekonomian dunia.
Perihal tingginya impor BBM, Hartadi mengakui bahwa Indonesia perlu melakukan sesuatu agar impor minyak tidak terlalu besar. Menurut analisis BI, membesarnya impor disertai turunnya harga minyak dunia.