JAKARTA, KOMPAS.com — Meski sudah dinilai cukup sukses, hilirisasi komoditas kakao menghadapi dua tantangan besar.
Pertama, peningkatan permintaan dari dalam negeri. Kedua, peningkatan pasokan serta kualitas kakao. Tantangan tersebut harus disikapi jika Indonesia menginginkan hasil lebih maksimal.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, di Jakarta, Senin (7/1/2013), mengatakan, permintaan dari dalam negeri harus terus didorong. Tujuannya, penyerapan biji kakao lebih besar.
Tanpa penyerapan yang stabil, hilirisasi akan terganggu karena pasokan akan kembali memenuhi pasar internasional. Kapasitas industri dalam dua tahun terakhir sudah naik 30-40 persen.
"Peningkatan itu berasal dari investasi baru, perluasan usaha, dan industri lama yang hidup kembali," katanya.
Agar penyerapan kakao terjaga, permintaan kakao olahan dari dalam negeri dan luar negeri harus terus dipacu. Selama Januari-Oktober 2102, pangsa volume kakao olahan naik menjadi 54,5 persen, demikian pula pangsa nilai kakao olahan menjadi 60,6 persen.
Menurut Bayu, tantangan pasokan mencakup faktor kualitas dan keragaman jenis yang lebih spesifik. Produksi kakao tahun 2012 sekitar 712.000 ton.
Data Kementerian Pertanian menyebutkan, produksi kakao tahun 2010 mencapai 838.000 ton. Pemerintah menargetkan produksi kakao sebanyak 1 juta ton tahun 2015.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.