Jakarta, Kompas
Demikian proyeksi ekonomi yang disampaikan ekonom Indopremier, Seto Wardono, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (8/1). ”Secara rata-rata, harga komoditas tahun ini akan lebih rendah dibandingkan tahun 2012. Penurunan harga komoditas dipicu oleh perlambatan permintaan,” katanya.
Dia mengatakan, penurunan harga komoditas akan memengaruhi neraca perdagangan Indonesia. ”Defisit perdagangan masih akan terjadi sehingga neraca pembayaran ikut defisit. Dalam kondisi seperti itu, Bank Indonesia akan menjaga rupiah dalam posisi lemah. Tujuannya untuk mendorong ekspor dan mengerem impor,” ujarnya.
Penurunan harga komoditas, lanjutnya, akan membuat inflasi lebih terkendali. Indopremier memproyeksi inflasi berada di level 5,77 persen, lebih tinggi dari proyeksi Bank Indonesia. ”Itu dengan catatan tidak ada kebijakan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak,” katanya.
Seto mengatakan, aliran dana asing ke Indonesia sepanjang tahun ini kemungkinan masih akan tinggi. Hal itu disebabkan masih tingginya imbal hasil yang diberikan.
Sebelumnya Menteri Perdagangan Gita Irawan Wirjawan memproyeksi defisit perdagangan sepanjang tahun ini berada di kisaran 1-3 miliar dollar AS. Untuk mengantisipasi hal tersebut, peningkatan nilai tambah harus terus didorong agar ketergantungan ekspor komoditas terus berkurang.
Dalam kesempatan tersebut Vice President Business Development & Corporate Marketing Indopremier Jayawati Sukidjan mengatakan, Indopremier Securities berhasil membukukan perolehan obligasi rupiah sebesar Rp 10,7 triliun sepanjang tahun 2012. Dengan perolehan tersebut Indopremier menempati posisi teratas.