Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Deep Tunnel" Belum Mampu Atasi Banjir?

Kompas.com - 13/01/2013, 18:02 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Megaproyek deep tunnel atau terowongan multifungsi yang diyakini oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dapat mengurai banjir yang selalu menghampiri Ibu Kota ternyata mendapatkan pandangan berbeda dari beberapa pihak. Setelah dinilai sebagai proyek dadakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI, kini deep tunnel juga mendapat kritikan dari pengamat perkotaan Nirwono Joga.

Nirwono menilai, proyek yang diperkirakan membutuhkan dana Rp 16 triliun itu tak mampu mengurangi titik banjir yang ada di Ibu Kota. "Perlu diingat, deep tunnel itu tidak untuk mengurangi banjir, tapi untuk mengurangi debit air puncak saat Ciliwung sedang tinggi," kata Nirwono saat dihubungi wartawan di Jakarta, Minggu (13/1/2013).

Menurut dia, dibutuhkan waktu yang sangat panjang untuk melakukan pengkajian pada megaproyek deep tunnel. Oleh karena itu, ia mengimbau kepada Jokowi agar lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan, terutama kebijakan yang belum melalui proses hukum.

"Daripada membuat deep tunnel yang belum jelas dasar hukumnya, kan, lebih baik fokus revitalisasi drainase, situ, dan waduk, perbanyak daerah resapan," kata Nirwono.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana mengatakan, megaproyek deep tunnel merupakan proyek dadakan. "Mau Pak Jokowi bilang proyek deep tunnel bukan hasil dari wangsit gorong-gorong, ya, tapi tetap saja, seharusnya dalam menentukan proyek itu harus dengan strategic planning (rencana strategis) yang jelas," kata pria yang akrab disapa Bang Sani tersebut. Selain itu, kata Sani, seharusnya Pemprov DKI mengacu pada Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-2017.

Jokowi menjanjikan program deep tunnel akan dimasukkan ke dalam RTRW 2011-2030, RPJMD 2013-2017 yang kemudian juga bisa dimasukkan ke dalam revisi tambahan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

Meski Jokowi tengah merancang payung hukum deep tunnel untuk masuk dalam RPJMD 2013-2017, Sani menilai seharusnya Jokowi tidak serta-merta memasukkan suatu proyek besar dalam RPJMD 2013-2017. "Enggak bisa dadakan untuk main masukin saja ke RPJMD, ini ngurus kota, bukan ngurus halaman rumah, harus ada kajian yang matang," kata Sani.

Selain itu, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini juga menyayangkan keputusan Jokowi yang tidak melakukan public hearing untuk proyek deep tunnel seperti proyek MRT. "Mengapa pada saat pemaparan terbuka MRT beliau mengundang warga, tetapi untuk pemaparan deep tunnel, monorel enggak pernah ada. Ini, kan, menjadi pertanyaan bagi warga juga. Semua itu sebenarnya bisa terjawab dan ada strategic planning dalam membuat program," kata Sani.

Sebelumnya, Jokowi mengatakan bahwa Jakarta membutuhkan saluran raksasa di dalam tanah atau deep tunnel. Terowongan ini dibutuhkan untuk mengatasi persoalan banjir yang berimbas pada kemacetan parah. Menurut Jokowi, deep tunnel nantinya bisa berfungsi untuk beragam kepentingan. Selain sebagai saluran air raksasa pada saat banjir, di saat yang lain juga bisa sebagai sarana transportasi.

Deep tunnel yang dimaksud mirip dengan konsep smart tunnel yang ada di Kuala Lumpur. Rencananya, deep tunnel akan membentang dari MT Haryono sampai Pluit. Selain untuk mengantisipasi banjir, juga digunakan sebagai jalan tol, jaringan fiber optik, menyalurkan air, transportasi kendaraan, jalur utilitas PLN, gas, telepon, dan sebagainya.

Megaproyek ini bernilai Rp 16 triliun dan akan didanai oleh investor. Diameter deep tunnel lebih-kurang 16 meter. Jokowi menargetkan megaproyek tersebut dapat diselesaikan sekitar empat tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

    BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

    Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

    Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

    Whats New
    BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

    BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

    Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

    Whats New
    Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

    Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

    Whats New
    Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

    Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

    Rilis
    INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

    INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

    Whats New
    Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

    Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

    Whats New
    OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

    OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

    Rilis
    Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

    Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

    Whats New
    Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

    Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

    Work Smart
    INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

    INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

    Whats New
    Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

    Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

    Whats New
    Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

    Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com