Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Redenominasi, Kebijakan Memburu Kebanggaan Semu

Kompas.com - 25/01/2013, 18:58 WIB
Kontributor Yogyakarta, Gandang Sajarwo

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com -- Program penyederhanaan nilai mata uang atau redenominasi yang telah disosialisasikan oleh pemerintah, menimbulkan kontroversi di kalangan pakar ekonomi. Redenominasi dinilai hanya sebuah ilusi yang memburu kebanggan semu di bidang moneter perbankan dan tanpa ada substansinya sama sekali.

Pendapat tersebut dilontarkan oleh Ahmad Ma'ruf SE MSi, pakar ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta saat diskusi terbatas di kampus setempat, Jumat (25/1/2013). Menurut Ma'ruf, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tersebut hanya kegiatan yang bersifat lips service.

"Itu bukan kebijakan substantif, lebih pada atribut saja, biar kelihatannya uang kita gagah, seperti di negara-negara lain," ungkapnya.

Kebijakan itu sebenarnya, menurut Ma'ruf, untuk menutupi kelemahan nilai tukar rupiah yang menjadi tanggung jawab BI. "Kebijakan itu untuk menutupi kelemahan moneter kita, biar seolah-olah bagus, padahal tidak ada substansinya sama sekali," kata Ahmad Ma'ruf.

"Mungkin nanti masyarakat akan merasa senang dengan adanya kebijakan ini, melihat uang yang awalnya Rp 10.000 menjadi Rp 10 jadi bangga karena seperti negara-negara lain. Akan tetapi kebanggaan itu hanya kebanggaan semu. Kita baru bisa bangga kalau nilai tukar rupiah kita itu sudah bagus," lanjutnya.

Dosen FE-UMY ini juga mencurigai adanya potensi moral hazard dalam kebijakan redenominasi. Ma'ruf mencontohkan, pada kebijakan privatisasi. Kebijakan tersebut ternyata telah dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu atau kelompok tertentu untuk mendapatkan keuntungan. Dan ia mengkhawatirkan hal tersebut akan terjadi dalam proyek redenominasi itu. Apalagi saat ini sudah menjelang Pemilu 2014.

"Layak dicurigai kemungkinan terjadi moral hazard, pasti akan ada penggelontoran dana yang tidak kecil untuk proyek ini. Dan di situ bisa saja ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan pragmatis atau aksi-aksi pragmatis," jelasnya.

Pakar ekonomi publik ini juga menyarankan BI agar lebih fokus pada masalah-masalah bangsa yang dihadapi saat ini, seperti pengendalian inflasi dan perbaikan nilai tukar rupiah.

"SUdah itu saja! Fokus pada mengelola sistem moneter perbankan, atau kejahatan-kejahatan yang menggunakan instrumen perbankan. Harusnya BI fokusnya kesitu, jangan yang aneh-aneh, karena ini biayanya mahal," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

    Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

    Whats New
    Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

    Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

    Whats New
    Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

    Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

    Whats New
    Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

    Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

    Whats New
    Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

    Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

    Whats New
    Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

    Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

    Whats New
    Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

    Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

    Whats New
    Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

    Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

    Whats New
    KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

    KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

    Whats New
    Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

    Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

    Whats New
    Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

    Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

    Whats New
    Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

    Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

    Work Smart
    Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

    Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

    Whats New
    Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

    Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

    Work Smart
    Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

    Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com