Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadikan Pilkada Jabar Momentum Pemberantasan Korupsi

Kompas.com - 03/02/2013, 14:18 WIB
Ambrosius Harto Manumoyoso

Penulis

BEKASI, KOMPAS.com — Pilkada Jawa Barat perlu dijadikan momentum untuk pemberantasan korupsi. Lima pasangan calon sebaiknya mampu menunjukkan diri bersih atau tidak terlibat korupsi. Pemilih diimbau untuk mengabaikan calon atau pasangan calon yang terlibat korupsi.  

Demikian diutarakan oleh inisiator Gerakan Masyarakat Sipil untuk Pemilu Bersih, Adhie M Massardi, Minggu (3/2/2013). Ia dimintai komentarnya seputar kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat eksekutif dan legislatif di pusat yang akan berdampak pada Pilkada Jabar. Akhir-akhir ini, kasus korupsi yang mencuat menjerat kader elite Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera. Kedua partai ini mengusung calon masing-masing di Pilkada Jabar.  

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Andi Alifian Mallarangeng, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, kader Partai Demokrat, sebagai tersangka kasus korupsi proyek pembangunan kompleks olahraga di Hambalang, Kabupaten Bogor.

Dalam kasus lain, yakni korupsi daging sapi impor, KPK menetapkan Luthfi Hasan Ishaaq, mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera dan anggota DPR, sebagai tersangka.  

Penetapan sebagai tersangka oleh KPK mendorong Andi dan Luthfi mundur dari jabatan yang diemban masing-masing. "Prahara politik di elite partai setidaknya berdampak pada calon yang akan maju di Pilkada Jabar," kata Adhie.  

Partai Demokrat mengusung Dede Yusuf Macan Efendi-Lex Laksamana Zainal untuk maju. Dede adalah Wakil Gubernur Jabar.

Partai Keadilan Sejahtera mengusung Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar. Ahmad adalah Gubernur Jabar. Pasangan Ahmad-Dede yang memenangi Pilkada Jabar 2008-2013 akhirnya maju sendiri-sendiri untuk periode 2013-2018. Laksamana adalah Sekretaris Provinsi Jabar di era pemerintahan Ahmad-Dede. Deddy adalah aktor dan budayawan dari Jabar.  

Terkait tersangka korupsi dari kader Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera, lanjut Adhie, Ahmad dan Dede perlu menunjukkan kepada publik bahwa mereka masih bisa diandalkan. Kasus yang melibatkan partai pengusung perlu dijelaskan kepada publik tidak memengaruhi kinerja Ahmad dan Dede. "Masalahnya, Ahmad-Dede adalah incumbent (petahana). Mereka harus bisa membuktikan kepada warga pemilih, pemerintahan mereka itu bersih dari korupsi," katanya.  

Jika tidak bisa membuktikan bahwa Ahmad dan Dede adalah kader-kader yang berintegritas, kata Adhie, perolehan suara mungkin akan anjlok. Survei-survei sebelum penetapan kader elite Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera menunjukkan bahwa Ahmad dan Dede menjadi calon yang cukup favorit untuk memenangi Pilkada Jabar.  

Situasi di Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera bisa dimanfaatkan oleh pasangan lain untuk menarik simpati. Pasangan dimaksud ialah Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Irianto MS-Tatang Farhanul Hakim yang diusung Partai Golongan Karya, dan pasangan nonpartai Dikdik Mulyana Arif Mansyur-Cecep NS Toyib.  

Rieke, anggota DPR, dan Teten, penggiat antikorupsi dari Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Tranparency International Indonesia (TII), berpeluang menarik simpati lebih besar sebagai modal untuk perolehan suara. Irianto atau dikenal dengan Yance dan Dikdik juga berpeluang sama. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

    Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

    Whats New
    LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

    LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

    Whats New
    Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

    Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

    Whats New
    Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

    Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

    Earn Smart
    Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

    Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

    Whats New
    Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

    Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

    Whats New
    Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

    Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

    Whats New
    Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

    Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

    Spend Smart
    Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

    Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

    Whats New
    Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

    Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

    Whats New
    Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

    Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

    Whats New
    Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

    Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

    Whats New
    Anjlok Rp 18.000 Per Gram, Simak Harga Emas Antam Hari Ini 23 April 2024

    Anjlok Rp 18.000 Per Gram, Simak Harga Emas Antam Hari Ini 23 April 2024

    Spend Smart
    IHSG Awal Sesi Tancap Gas, Rupiah Malah Melemah

    IHSG Awal Sesi Tancap Gas, Rupiah Malah Melemah

    Whats New
    Harga Emas Dunia Anjlok, Ini Penyebabnya

    Harga Emas Dunia Anjlok, Ini Penyebabnya

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com