”Sebenarnya banyak data oseanografis (kelautan) di Indonesia, tetapi hingga kini tersebar di banyak institusi. Setiap institusi melihat data tersebut berdasarkan kepentingan masing-masing. Data belum dirangkum dalam suatu wadah berupa sistem
Dalam pidato berjudul ”Peran Penting Oseanografi untuk Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan secara Lestari di Indonesia”, Agus menegaskan pentingnya peran oseanografi. Pemanfaatan data kelautan secara terpadu dapat memberikan banyak nilai tambah dan pemanfaatan secara nasional. Dengan sistem data terpadu, potensi yang selama ini belum tergarap, seperti wisata bahari dan produk farmakologi laut, bisa dioptimalkan.
Agus menyebutkan, selama ini data oseanografis tersebar di Pusat Penelitian Oseanologi (P2O), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Kementerian Riset dan Teknologi; Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan; Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG); Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan); Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal); Dinas Hidro-Oseanografi (Dishidros) TNI Angkatan Laut; dan perguruan tinggi.
”Kita memiliki sumber daya perikanan dan kelautan yang besar. Namun, pemerintah belum mempunyai data akurat mengenai potensi kelautan. Untuk mengumpulkan data tentang kelautan membutuhkan waktu minimal 30 tahun,” ujarnya.
Agus menyatakan, dampak tidak terpadunya data oseanografis menyebabkan Indonesia sering terlambat mengetahui ancaman bencana. Ia mencontohkan, sebelum bencana tsunami terjadi
Padahal, jika data oseanografis bisa diintegrasikan dalam satu sistem data terpadu, banyak manfaat yang bisa dipetik. Selain untuk pemetaan sumber daya perikanan rawa dan estuarin
Dihubungi secara terpisah,
”Jadi, data ada di mana-mana. Mungkin sudah saatnya data oseanografis ditempatkan di salah satu institusi, tidak perlu membentuk institusi baru. Yang penting bagaimana membangun jaringan kerja sama dan menghilangkan ego sektoral,” ungkapnya.
Menurut Ocky yang juga ahli kelautan, harus ada portal data oseanografis nasional yang bisa diakses semua institusi sehingga bisa menjadi satu kekuatan nasional.
”Seperti data mengenai ancaman tsunami yang perlu penelitian puluhan tahun untuk menjadi data utuh. Kalau semua data bisa dikompilasi, bisa menjadi kekuatan,” katanya.