JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan hingga akhir tahun 2012 sebesar 23,1 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 24,5 persen.
"Pertumbuhan kredit sepanjang 2012 sebesar 23,1 persen (yoy)," kata Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI Difi A Johansyah dalam siaran pers di Jakarta.
Pertumbuhan kredit sepanjang 2012 ini naik bila dibanding periode November 2012 yang sudah mencapai 22,3 persen (yoy). Meski sebenarnya pertumbuhan kredit di sepanjang akhir tahun ini dikhawatirkan sempat turun karena kondisi global belum pulih.
Pertumbuhan kredit perbankan sepanjang 2012 dikontribusikan dari kredit modal kerja yang naik 23,2 persen (yoy). Sementara kredit investasi masih stabil di level yang tinggi yaitu 27,4 persen. "Kondisi ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian nasional," tambahnya.
Sementara kontribusi kredit konsumsi mengalami kenaikan 20 persen. Pertumbuhan kredit yang tidak begitu kencang dibanding kredit modal kerja dan kredit investasi ini disebabkan karena bank sentral mulai memberlakukan aturan uang muka kredit sebesar 30 persen pada kredit kendaraan bermotor dan properti. Sehingga sedikit berdampak pada penurunan kredit sektor ini.
Sebelumnya, Gubernur BI Darmin Nasution sempat menurunkan target pertumbuhan kredit perbankan nasional di sepanjang 2012 sebesar 21-22 persen. Hal ini masih dipengaruhi oleh ekspor Indonesia yang lambat. "Pertumbuhan kredit akhir tahun ini diperkirakan hanya 21-22 persen. Kalaupun turun juga sedikit," kata Gubernur BI Darmin Nasution di kantornya Jakarta, Rabu (19/12/2012).
Padahal bank sentral memprediksi pertumbuhan kredit perbankan dan sesuai rencana bisnis bank (RBB) masih bisa tumbuh 22-24 persen. Namun karena ekspor melambat, maka BI pun sedikit memprediksi pertumbuhan kreditnya.
Penurunan kredit itu, kata Darmin, disebabkan oleh kredit modal kerja (KMK) dan kredit konsumsi. Meski pertumbuhan ekonomi ditopang oleh daya konsumsi domestik yang kuat, namun kredit konsumsi malah melambat.
Hal itu juga berimbas ke kredit modal kerja (KMK) perusahaan karena ekspor Indonesia juga tersendat. Berdasarkan catatan bank sentral, pertumbuhan kredit hingga Oktober 2012 sudah naik 22,8 persen.
Namun pada akhir November 2012 lalu hanya naik 21 persen. Sehingga diperkirakan kredit hingga akhir tahun hanya akan naik 21-22 persen. Hal ini juga dipengaruhi dari revisi target pertumbuhan pemerintah di akhir tahun dari semula 6,5 persen menjadi hanya 6,3 persen. "Tapi perbankan tidak perlu merisaukan itu," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.