Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanzania, Surga Para Petualang Safari

Kompas.com - 15/02/2013, 10:11 WIB

"The wild dogs cry out in the night
As they grow restless longing for some solitary company
I know that I must do what's right
As sure as Kilimanjaro rises like Olympus above the Serengeti
I seek to cure what's deep inside, frightened of this thing that I've become"

KOMPAS.com - Sayup-sayup, penggalan lagu Afrika yang dinyanyikan oleh David Paich vokalis grup musik Toto ini terus terngiang di kepala, mengiringi  kunjungan perdana saya di bumi Tanzania Afrika.

Kedatangan kami disambut oleh semerbak harum hangat tanah terpanggang matahari, serta pemandangan hamparan padang rumput luas dengan jajaran pohon-pohon baobab. Tiupan angin dari jendela mobil berbaur dengan debu jalanan berbatu menjadi  sensasi yang tidak akan mudah terlupakan segenap panca indera.

Tanzania merupakan surga bagi para petualang safari. Tekstur alam yang khas, serta keanekaragaman flora dan faunanya membuat Tanzania menjadi salah satu negara tujuan utama para wisatawan mancanegara untuk bersafari ria.

Negara yang berlokasi di Afrika Timur ini memiliki beberapa Taman Nasional dan Wilayah Konservasi yang terkenal, seperti: Taman Nasional Serengeti, Taman Nasional Gunung Kilimanjaro, Wilayah Konservasi Kawah Ngorongoro, Taman Nasional Ruaha, dan banyak tempat lainnya yang serupa tersebar seantero negeri ini.

Kali ini kami memilih bersafari selama lima hari empat malam bersama satu tim safari lokal: Gregori sebagai pemandu (merangkap sopir) dan seorang juru masak bernama Samuel yang kerap dipanggil juga dengan julukan Mr. D (Delicious).

Selama perjalanan, kami dilengkapi sebuah mobil penjelajah safari 4x4 yang atapnya yang dapat dibuka sehingga kami dapat berdiri melihat ke luar, dan peralatan lengkap berkemah seperti: tenda, kasur, kantung tidur, serta peralatan memasak.

Sesuai rencana, kami akan melakukan perjalanan safari ke empat tempat, yaitu Taman Nasional Tarangire, Taman Nasional Serengeti, Wilayah Konservasi Kawah Ngorongoro, dan diakhiri dengan safari berjalan kaki ke wilayah Taman Nasional Danau Manyara.

Taman Nasional Tarangire

Gregori dan Samuel menjemput kami di bandara lokal Arusha yang merupakan kota terdekat yang menjadi akses utama kami sebelum melakukan perjalanan safari.  Dari kota ini kami melanjutkan perjalanan selama 2,5 jam berkendara menuju Taman Nasional Tarangire yang berjarak sekitar 130 kilometer. Gunung Kilimanjaro tampak kokoh tinggi menjulang dari kejauhan di sepanjang perjalanan kami keluar dari kota Arusha.

Taman Nasional Tarangire merupakan taman nasional kedua terbesar setelah Taman Nasional Serengeti yang memiliki populasi jumlah hewan terbanyak, dan juga merupakan satu-satunya taman nasional di dunia yang memiliki populasi gajah terbanyak.

Di dalam lahan taman nasional yang luasnya mencapai 2.850 kilometer persegi ini (hampir sama luasnya dengan Negara Belanda), kita dengan mudah dapat menjumpai beragam jenis hewan liar, seperti gajah, zebra, kerbau, wildebeest, rusa antelope, elands, dan baboon. Mereka tersebar di beberapa tempat yang berbeda.

Saat pagi hari tak jarang kita bisa melihat mereka bergerombol di sepanjang aliran Sungai Tarangire, sedang asyik bermain air. Selain itu taman nasional ini juga merupakan rumah bagi kurang lebih 450 jenis spesies burung.

Keindahan pohon-pohon baobab yang banyak tumbuh di tempat ini, juga menjadi keistimewaan tersendiri. Bentuk mereka yang unik mirip brokoli raksasa tampak serasi dengan alam Afrika yang cenderung kering dan tandus. Spesies ini mencapai tinggi antara 5–25 m. Mereka menyimpan air di dalam batang mereka, dengan kapasitas di atas 120 liter untuk bertahan dalam kondisi lingkungan sekitar mereka dan menjadi pelindung ekosistem yang ada.

Selama berada di tempat ini kami melihat beragam jenis satwa unik seperti monyet bola biru (karena memiliki buah zakar berwarna biru), kawanan gajah, tikus hutan, kawanan rusa yang tengah asyik merumput, jerapah, rubah, babi hutan, dan juga burung pemakan bangkai yang tengah bertengger di sarangnya di atas pohon baobab. Mobil kami juga sempat terhenti oleh pemandangan yang menakjubkan dari rombongan besar baboon, dan juga kawanan kerbau yang baru saja pulang dari sungai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com