Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanzania, Surga Para Petualang Safari

Kompas.com - 15/02/2013, 10:11 WIB

Mobil mogok dan anak-anak Maasai

Dari Taman Nasional Tarangire kami melanjutkan perjalanan menuju Taman Nasional Serengeti melalui jalan berlubang dan berbatu selama kurang lebih empat jam. Kondisi ini tak ayal membuat mobil rusak, dan kami terpaksa berhenti di pinggir jalan di antara wilayah konservasi Ngorongoro dan padang rumput Serengeti.

Di dalam wilayah Taman Nasional Serengeti hanya Suku Maasai yang diperbolehkan tinggal dan menjalankan kegiatan tradisional mereka menggembala kawanan sapi dan kambing.

Suku Maasai adalah suku asli di Afrika Timur yang begitu kuat menjaga adat istiadat tradisional mereka sebagai kaum penggembala semi nomaden. Mereka banyak hidup di sekitar cagar alam dan taman nasional di wilayah Kenya dan Tanzania.

Saat menunggu Gregori dan Samuel yang terus mencoba memperbaiki bagian mobil yang rusak, datanglah dua orang anak-anak suku Maasai menghampiri kami dan berbaik hati meminjamkan pisau besar mereka ke Gregori yang mencoba mengasah sebilah kayu untuk memperbaiki salah satu bagian mobil, dan sebagai bayarannya mereka berdua minta untuk difoto dengan kacamata hitam yang sedang saya gunakan.

Setelah menunggu kurang lebih satu jam, ternyata mobil tidak bisa diperbaiki di tempat itu. Untungnya lewat mobil safari lain yang kosong tanpa penumpang bersedia menolong kami melanjutkan perjalanan hingga ke perkemahan umum Seronera. Sementara Gregori masih harus membawa mobil sendirian dan memperbaikinya di salah satu bengkel terdekat dari tempat kami bermalam.

Taman Nasional Serengeti

Pengalaman kurang mengenakkan karena mobil mogok justru terbayar oleh pemandangan spektakuler yang disajikan oleh Taman Nasional Serengeti.

Sepanjang mata memandang tampak ratusan bahkan ribuan hewan Zebra, rusa antelope, kerbau, gajah, jerapah asyik merumput dengan damai di padang rumput luas. Tak heran bila taman nasional ini berada dalam daftar Warisan Dunia versi UNESCO (The World Heritage Site) dan mendapat posisi paling atas sebagai tempat terbaik yang harus dikunjungi selama berada di Tanzania.

Taman Nasional Serengeti memiliki jumlah populasi hewan Wildebeest terbesar yaitu sebanyak kurang lebih 1,5 juta ekor. Selama musim hujan (Januari-Maret), kawanan hewan ini banyak tersebar di wilayah Serengeti hingga ke bagian barat Lembah Ngorongoro. Ketika musim kering (April) dan rumput-rumput hijau tak lagi banyak tumbuh, mereka berpindah tempat secara eksodus ke bagian barat daya guna mendapatkan makanan.

Taman nasional ini juga menjanjikan perjumpaan eksotis dengan Simba (Singa dalam bahasa Swahili). Kami begitu beruntung berkesempatan melihat secara dekat empat ekor singa betina dan belasan ekor anak-anak mereka saat mereka tengah dalam perjalanan mengincar dan mengintai rombongan kerbau yang tengah melintas padang rumput.

Selain singa, kami juga melihat seekor badak hitam dan macan tutul leopard. Kedua hewan ini merupakan hewan yang sangat langka karena jumlahnya tidak sebanyak hewan-hewan lain yang ada di taman nasional ini.

Kawasan Konservasi Kawah Ngorongoro

Berat rasanya berpisah dengan Serengeti. Namun perjalanan kami kembali ke arah kawasan Pegunungan Ngorongoro ternyata tidak kalah menawan. Sepanjang perjalanan mata kami terus dimanjakan oleh pemandangan padang rumput luas dimana tampak kawanan hewan dari beragam jenis merumput bersama. Saya mencoba iseng menghitung, namun lelah menyerah untuk mendapatkan jumlah yang akurat setiap mencapai hitungan di atas 200.

Kami tiba  di perkemahan Simba 1 menjelang pukul 7 malam, setelah makan malam kami segera beristirahat agar keesokan pagi  segar dan siap untuk menjelajah turun ke lembah Kawah Ngorongoro.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Whats New
Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com