SURABAYA, KOMPAS.com — Harga pokok penjualan (HPP) di tingkat petani pada tahun 2013 idealnya pada kisaran Rp 12.500 per kilogram.
Dewan Gula Indonesia (DGI) kini mulai melakukan survei terkait perubahan harga pokok produksi (HPP) untuk merancang usulan perubahan harga.
Anggota DGI, Arum Sabil, Selasa (19/2/2013) di Surabaya, mengatakan, idealnya harga gula di tingkat petani 1,5 kali dari harga beras. Jadi, dengan harga beras rata-rata pada kisaran Rp 8.000 per kg-Rp 10.000 per kg, harga gula minimal Rp 12.500 per kg.
Kenaikan HPP tahun 2013 itu, kata Arum Sabil yang juga petani tebu ini, dipicu oleh biaya produksi dan biaya hidup petani yang terus melambung.
Pada musim giling tahun 2012, ongkos tebang angkut dan biaya garap naik masing-masing sekitar 20 persen, biaya sewa lahan naik 30 persen. Kenaikan ini dibandingkan dengan ongkos produksi pada musim giling 2011.
Pada saat bersamaan, lanjut Arum Sabil, beban petani melonjak karena harga berbagai kebutuhan hidup, termasuk kenaikan tarif dasar listrik (TDL) juga naik.
Ketua Kompartemen Manajemen Ikatan Ahli Gula Indonesia (IKAGI) , Adig Suwandi menjelaskan, selama ini penentuan hingga kenaikan harga gula mengacu pada harga gula dunia.
Kendati demikian, dia sepakat HPP gula tahun 2013 mengalami kenaikan yang realistis. "Kenaikan harga gula memang perlu ada dan realistis dengan mempertimbangkan makin tingginya investasi atau biaya produksi tebu serta mahalnya biaya hidup petani," katanya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 28/2012 tentang HPP gula kristal putih yang ditetapkan sebesar Rp 8.100 per kg. Dari perhitungan teknis, titik impas atau break event point produksi gula 2012 pada kisaran Rp 8.300-Rp 8.400 per kg.
Namun, dengan penetapan HPP Rp 8.100 per kg pada musim giling 2012, nilainya terlalu rendah sehingga cenderung merugikan petani. Margin yang diterima petani jika produksi tebu 100 ton per hektar dan rendemen 7,2 persen maka petani akan memperoleh 7,2 ton gula.
Dengan HPP Rp 8.100, petani memperoleh Rp 58,3 juta, sementara biaya pokok produksi untuk volume sama sudah mencapai Rp 56,9 juta.
Jadi, kata Adig, jika rendemen gula rendah, maka HPP semakin tinggi, dan sebaliknya rendemen mencapai 15 persen, maka HPP hanya Rp 4.500 per kg. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Jatim, rata-rata rendemen tebu Jatim pada musim giling 2012 baru mencapai 8,05 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.