Kalau Anda terkagum-kagum menyaksikan tumpukan ribuan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, tunggu sampai kelak mengunjungi Pelabuhan Singapura. Tanjung Priok jujur saja tidak ada apa-apanya. Pergerakan peti kemas di Tanjung Priok hanya 6,4 juta peti kemas ukuran 20 kaki (twenty foot equivalent units
Pelabuhan Singapura pun tercatat sebagai pelabuhan terbesar kedua dunia setelah Pelabuhan Shanghai, China. Produktivitas dicapai berkat sempurnanya infrastruktur, suprastruktur, infrastruktur lunak, serta manajemen dengan visi dan komitmen kuat.
Hal yang paling fundamental dari sempurnanya kinerja Pelabuhan Singapura adalah didudukkannya orang-orang terbaik negeri itu dalam Maritime and Port Authority of Singapore (MPA).
Berbeda dengan otoritas pelabuhan di Indonesia yang dimonopoli pegawai negeri sipil, Dewan MPA dipimpin Lucien Wong, seorang ahli hukum. Lalu, di dewan MPA duduk RADM Ng Chee Peng (Kepala Staf Angkatan Laut Singapura), Presiden Direktur SembCorp (perusahaan galangan kapal) Wong Weng Sun hingga Presiden Direktur Grup YCH (perusahaan logistik) Dr Robert Yap.
Otoritas Pelabuhan Rotterdam di Belanda juga mempekerjakan orang-orang terbaik. Sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Kota Rotterdam (70 persen) dan Pemerintah Belanda (30 persen).
Capt Kees J Weststrate, Senior Project Manager Port of Rotterdam International, diwawancarai Kompas dua tahun silam, menampilkan kesan bak pemerintah. ”Di Rotterdam, lahan yang tak dipakai industri atau perusahaan pelayaran langsung kami ambil kembali,” ujarnya.
Bandingkan misalnya dengan pendekatan otoritas Pelabuhan Tanjung Priok terhadap Makam Mbah Priok.
Ketegasan Capt Kees sungguh penting walau luas Rotterdam mencapai 10.500 hektar atau 10 kali lebih besar dari Tanjung Priok. Tidak heran jika di Rotterdam dapat dibangun kluster industri kimia, industri maritim, hingga industri agribisnis. Sungguh efisien karena hasil produksi langsung dikapalkan.
”Dulu desain Tanjung Priok yang dibuat Belanda juga sudah tepat. Industri dibangun di Pulogadung tak jauh dari pelabuhan. Orang kita yang lalu membangun kawasan permukiman dan komersial antara pelabuhan dan kawasan industri sehingga lalu lintas ruwet,” kata Tengku Mursalin Rahim, Manajer Operasi Terminal III Tanjung Priok, saat ditemui, Selasa (5/3), di Tanjung Priok.
Satu lagi syarat untuk menjadi pelabuhan kelas dunia adalah penggunaan teknologi informasi yang minimal menghubungkan seluruh komunitas pelabuhan. Di Pelabuhan Hamburg, Kompas misalnya mempelajari teknologi informasi Datenkommunikationssystem AG (Dakosy).