JAKARTA, KOMPAS -
Hingga saat ini, sedikitnya 200 TKI telah diungsikan dan berada di lokasi penampungan sementara, yang disediakan pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit tempat mereka bekerja.
”Juga tidak ada yang namanya eksodus TKI. Wilayah itu, kan, memang kawasan perbatasan tempat pelintas batas tradisional biasa lewat dari Tawau dan Nunukan. Setiap hari, warga kita bekerja di perkebunan di Sabah lalu sore harinya pulang ke Indonesia,” ujar Tatang.
Hingga saat ini, pemerintah masih menunggu kepastian dan pernyataan resmi Pemerintah Malaysia bahwa konflik bersenjata di Sabah telah usai sehingga para TKI bisa kembali bekerja.
Tatang juga memastikan konflik berdarah yang terjadi antara otoritas Malaysia dan para anggota kelompok penyusup bersenjata asal Filipina selatan tak akan berpengaruh pada para TKI. Dengan demikian, para TKI tidak perlu khawatir kehilangan pekerjaan akibat insiden tersebut.
Sementara itu, menurut kantor berita resmi Malaysia, Bernama, Pemerintah Malaysia dikabarkan tengah menyelidiki kemungkinan keberadaan pihak ketiga yang mendalangi penyusupan ratusan warga Filipina selatan ke Sabah.
Menurut Menteri Dalam Negeri Malaysia Hishammuddin Hussein, penyelidikan bisa digelar dengan membentuk Komisi Penyelidikan Kerajaan (RCI).
”Saya sendiri ingin tahu siapa dalang dan siapa penyandang dana para teroris tersebut, termasuk seperti apa rencana sebenarnya,” ujar Hishammuddin dalam jumpa pers di markas polisi kota terbesar kedua Sabah, Sandakan.
Walau Hishammuddin menyebut situasi berangsur membaik, angkatan bersenjata dan kepolisian Malaysia dikabarkan terus menambah serta memperkuat personel dan persenjataan mereka.
Kamis, mereka mendatangkan dua helikopter militer Agusta Westland AW109 untuk mendukung operasi pengejaran para penyusup.