Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chaudary, Miliuner Pertama dari Nepal

Kompas.com - 18/03/2013, 02:47 WIB

Mendengar nama Nepal, yang tebersit di pikiran adalah negara yang dikuasai kaum Maois dan dibelit kemiskinan. Tampaknya sulit berbisnis di Nepal. Nepal juga bukan tempat yang berada dalam radar para investor.

Akan tetapi, Nepal ternyata bisa memunculkan seorang Binod Chaudhary (57), orang Nepal pertama yang tercantum dalam daftar orang terkaya sedunia versi majalah Forbes.

”Nepal memiliki potensi untuk membuat lompatan kuantum dalam waktu singkat,” kata wirausaha yang mengelola perusahaan ekspor dan impor serta menjadikannya salah satu konglomerasi global ini.

Chaudhary memimpin Chaudhary Group, yang memiliki anak perusahaan di beberapa negara dengan bidang usaha mulai real estat, keuangan, sampai produksi semen.

Dia juga dikenal sebagai pemilik pabrik mi merek Wai Wai yang dibuka di Nepal, pertengahan 1980-an. Pabrik ini berkembang ke India tahun 2005 dan saat ini menjual mi instan di 30 negara Asia.

”Perekonomian saat ini adalah soal gagasan, dan gagasan bukan monopoli negara-negara kaya saja. Gagasan pun bisa muncul dari Nepal,” ujar ayah tiga anak ini.

Menurut data Bank Pembangunan Asia (ADB), rata-rata penduduk Nepal berpendapatan kurang dari 600 dollar AS atau Rp 5,7 juta per tahun. Nepal masuk daftar negara termiskin di dunia.

Luar negeri

Kekayaan Chaudhary menggelembung karena investasi operasional perusahaannya di luar negeri. Sebenarnya hukum Nepal melarang warganya berinvestasi di luar negeri.

Mantan anggota parlemen itu memperluas bisnisnya dengan mengirim anaknya ke luar negeri. Anaknya pindah ke Singapura, lalu ke Amerika Serikat, dan saat ini menetap di Dubai. ”Dia menggunakan celah yang ada,” ujar Prateek Pradhan, editor sebuah harian ekonomi Nepal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com