Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Harus Kendalikan Utang Swasta

Kompas.com - 22/03/2013, 07:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah diimbau mengendalikan jumlah dan jangka waktu pembayaran atau tenor utang luar negeri swasta secara saksama. Hal itu menjadi bagian integral mengurangi dampak terjadinya defisit neraca transaksi berjalan dan defisit fiskal atau defisit kembar yang bisa melemahkan perekonomian nasional.

Pandangan itu disampaikan lembaga riset ekonomi EC-Think Indonesia dalam diskusi dengan bahasan khusus perihal bahaya defisit ganda, di Jakarta, Kamis (21/3). Tampil sebagai pembicara Chairperson EC-Think Aviliani dan Chief Executive Officer EC-Think Iman Sugema.

”Pemerintah dapat mengimbau swasta untuk meminjam utang baru dalam jangka panjang, dan membayar utang jangka pendeknya. Tenornya bisa minta diperpanjang,” kata Aviliani.

Aviliani menegaskan, pengalihan utang jangka pendek menjadi utang jangka panjang bakal membantu negara memperbaiki neraca pembayaran. Pengendalian beban utang swasta juga menjadi inti dari stabilisasi neraca pembayaran dan sekaligus manajemen nilai tukar.

Pada 2012, baik transaksi berjalan pemerintah maupun swasta mengalami defisit. Kinerja transaksi berjalan pada tahun 2012 mengalami defisit 24,18 miliar dollar AS atau sekitar 2,8 persen dari produk domestik bruto. Ini patut menjadi perhatian karena pada tahun-tahun sebelumnya, transaksi berjalan swasta yang surplus selalu cukup untuk menutupi defisit pemerintah sehingga neracanya bertahan positif.

Iman menyatakan, jumlah utang negara dan swasta hingga akhir 2012 yang relatif berimbang juga patut diperhatikan. Jumlah utang negara mencapai 126 miliar dollar AS dan utang swasta mencapai 125 miliar dollar AS. Dalam satu dasawarsa terakhir, tenor utang swasta semakin pendek.

”Semakin besarnya outstanding yang dibarengi dengan semakin singkatnya tenor menciptakan beban yang semakin besar dalam jangka dekat ini,” kata Iman. Merujuk pada data olahan EC-Think, rata-rata tenor utang swasta pada 2002 masih 4,9 tahun, sementara tahun lalu menjadi 0,8 tahun.

Iman menyatakan, defisit bukanlah pengalaman baru bagi Indonesia dan bahkan sangat umum terjadi di negara-negara di dunia. Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, Indonesia bahkan mengalami defisit neraca transaksi berjalannya selama 16 kali.

Ditegaskan Iman, yang dapat membedakan adalah bagaimana menghadapi dan mengendalikan defisit yang terjadi. Tahun ini pengurangan defisit diperkirakan masih sulit. Bahkan, defisit masih potensial membengkak sejalan dengan beban subsidi tahun ini. Ekspor juga belum potensial menguat karena situasi ekonomi global belum membaik. (BEN)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com