Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja Bisnis dari Indonesia Timur

Kompas.com - 26/03/2013, 15:04 WIB

KOMPAS.com — Kendati sudah menginjak usia 70 tahun, sosoknya masih energik. Petang itu, dia berkemeja batik coklat dipadu celana hitam dan sepatu hitam bermerek JK Collection. "Enak sekali dipakai, bagus, dan murah," ungkapnya sembari melepas dan memamerkan sepatu buatan Cibaduyut, Bandung.

Itulah penampilan sehari-hari Jusuf Kalla, Bos Kalla Group yang juga mantan Wakil Presiden RI. Dengan ramah, pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1952, tersebut mempersilakan KONTAN masuk ke ruang kantornya di kawasan Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. "Maaf telat, tadi ada yang wawancara untuk novel," kata pria yang akrab disapa JK.

Dia lalu menceritakan awal mula bisnis Kalla Group. "Kalla Group merupakan usaha keluarga yang dirintis orangtua saya," ujarnya. Kedua orangtuanya, mendiang Hadji Kalla dan istrinya Athirah, mengawali usaha di bidang perdagangan tekstil di Watampone, Sulawesi Selatan.

Sejak di Watampone ini, JK terbiasa membantu orangtuanya berjualan di toko. Aktivitas itu mulai dilakoninya sejak kelas tiga sekolah dasar (SD). "Setiap pulang sekolah, saya bantu orangtua," kata JK.

Kadang JK juga diajak ayahnya pergi ke Makassar buat bertemu sang tauke dan mengambil pasokan kain. Selama menemani bapaknya, ia banyak belajar tentang bisnis, seperti negosiasi, memilih barang, serta pelayanan pelanggan. "Saya juga belajar tentang semangat kejujuran ayah saya dalam bisnis," ujarnya.

Bisnis keluarga Kalla di Watampone tidak berlangsung lama. Pada 1952, pecah pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Banyak toko dirampok dan dibakar. Keadaan menjadi kacau dan kehidupan bisnis pun lumpuh.

Pada tahun itu juga, kedua orangtuanya memutuskan hijrah ke Makassar dan mendirikan badan usaha bernama NV Hadji Kalla Trading Company. Usaha ini bergerak di bidang jasa angkut dan ekspor impor.

Di Makassar, Jusuf sekeluarga tinggal di rumah toko berlantai tiga yang dibeli sang ayah. Lantaran menyatu dengan tempat usaha, jiwa bisnis JK pun makin terasah. "Semua keluarga bahu-membahu, ibu saya fokus mengurus rumah tangga dan para karyawan," jelas JK.

Di Makassar, bisnis keluarga Kalla berkembang pesat. Bisnis mereka merambah ke usaha penjualan sarung sutra, semen, susu, serta jual beli hewan dan pakan ternak.

Setelah hampir 13 tahun berjalan, cobaan mulai menghadang bisnis keluarga ini. "Usaha orangtua saya mulai goyah karena inflasi tinggi tahun 1965," ucap JK.

Usaha ekspor impor yang dijalankan Hadji Kalla pun lesu. Pada masa sulit ini, usaha angkutan "Cahaya Bone" tetap berjalan walau hanya dikelola satu karyawan. Di masa-masa kritis itu, ibunya berinisiatif menabung emas demi menghadapi inflasi. Tak kurang, sekitar 3 kg emas berhasil dikumpulkan orangtuanya. Demi menopang usaha, sang ibu juga berdagang sarung.

Masa sulit itu membekas di hati  JK. "Pada masa sulit itu, yang menghidupi kami adalah usaha niaga ibu," kenangnya. Sementara itu, ayahnya sibuk mengurus organisasi massa (ormas) Nahdlatul Ulama (NU). JK sendiri saat itu sudah duduk di perguruan tinggi dan aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan, termasuk Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Bahkan, saat masih mahasiswa itu ia terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan tahun 1965 mewakili Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar).

Saat selesai menjabat anggota DPRD, ia sempat ditawari Gubernur Sulawesi Selatan untuk menjabat Kepala Depo Logistik (Dolog) Makassar. Saat itu JK sudah lulus kuliah. "Saya ditawari jabatan itu karena skripsi saya tentang beras," kata JK sembari tertawa.

JK sempat tergoda dengan jabatan itu. Ia mengaku tergiur gaji besar dan rumah dinas yang lumayan mewah. Namun, ia terpaksa mengubur keinginannya menjabat Kepala Dolog. "Waktu itu, bapak saya berkata, 'jadi kau akan meninggalkan bisnis keluarga?' Mendengar pertanyaan itu, saya langsung memutuskan menolak tawaran tersebut," kata anak kedua dari 10 bersaudara itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com