Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AUD, Mata Uang Pilihan Investor Tahun Ini?

Kompas.com - 02/04/2013, 11:29 WIB
Anastasia Joice

Penulis

Dan sebagai salah satu negara makmur di dunia, Australia merupakan negara dengan perekonomian terbesar ke-13. Jadi, munculnya sinyal kebangkitan dollar Australia sebagai mata uang berprospek positif ke depan bukanlah hanya isapan jempol belaka.

Banyak faktor pendukung yang berada di belakangnya. Apalagi Australia terhitung aktif dalam keanggotaannya dalam PBB, G-20 ekonomi utama, negara-negara persemakmuran, ANZUS, Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi, Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik, Forum Kepulauan Pasifik, dan Organisasi Perdagangan Dunia.

Kini, di kala negara-negara besar dunia dirundung kesusahan, ada secercah harapan yang menaungi Australia. Bahkan, mata uang dollar Australia pun terapresiasi terhadap sebagian besar mata uang utama pasca rilis data perekonomian negara yang bergabung dengan persemakmuran Inggris itu. Kendati berbagai sentimen negatif dari eksternal masih berpeluang menahan laju penguatan dollar Australia ke depan di tengah kemelut persoalan yang mendera perekonomian dunia.

Saat kondisi pasar yang cenderung dibayangi aversion itu, maka aset safe haven lah pemenangnya. Dalam hal ini investor berburu dan lebih dominan memegang mata uang dollar AS, yen Jepang ataupun aset berbentuk logam mulia, terutama emas, dibandingkan aset-aset berisiko.

Sementara itu, pupusnya ekspektasi pemangkasan suku bunga Bank Sentral Australia tahun ini berkat pertumbuhan Australia yang terdorong oleh kuatnya konsumsi rumah tangga dan tingkat ekspor memunculkan tambahan dukungan buat dollar Australia.

Berdasarkan catatan, Reserve Bank of Australia (RBA) diperkirakan masih akan mempertahankan tingkat suku bunganya di level 3,00 persen di tengah ancaman kemerosotan ekonomi global. Padahal, level suku bunga acuan itu belum berubah sejak Desember 2012 silam.

Terlebih tingkat bunga tersebut sama dengan suku bunga pada tahun 2009 dan merupakan tingkat bunga acuan terendah selama 50 tahun belakangan ini. Meski, bank pimpinan Glenn Stevens itu akan terus bersiaga demi melindungi negara kaya akan sumber alam dari kemerosotan ekonomi global.

Dan memang, bila kita kembali merunut posisi dollar Australia di hadapan mata uang pesaingnya, mata uang negara Australia itu pun masih menduduki posisi keenam, bukan posisi nomor wahid di dunia.

Akan tetapi, bukan tidak mungkin jika suatu waktu nanti, dollar Australia bakal menggeser posisi dollar AS, yen Jepang, euro, poundsterling (GBP), dan bahkan dollar Kanada (CAD). Khususnya apabila kecamuk persoalan yang menghantui negara pemilik mata uang itu semakin memburuk dan membebani pergerakan valuta negaranya. Siapa tahu…  (Apressyanti Senthaury – Analis Bank BNI)
*Tulisan ini adalah pendapat pribadi penulis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com