Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Defisit Perdagangan akibat Kegagalan Pengendalian BBM

Kompas.com - 02/04/2013, 14:28 WIB
Evy Rachmawati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kenaikan pertumbuhan ekonomi nasional saat ini tidak didukung ketersediaan energi yang besar. Hal ini mengakibatkan stabilitas pertumbuhan ekonomi ditopang kegiatan impor migas akibat produksi migas nasional yang terus menurun sepanjang tahun dan pengendalian yang tidak efektif.

Anggota Komisi VII DPR, Rofi Munawar, menanggapi di Jakarta, Selasa (2/4/2013), mengatakan, "Defisit perdagangan akan terus berlanjut jika kinerja migas terus mengalami penurunan. Kebutuhan akan energi yang besar di dalam negeri harus dikompensasi dengan mendatangkan migas dari luar yang cukup besar. Jika pola ini diteruskan di tengah situasi ekonomi dan energi dunia yang kompetitif, akan sulit mencapai peningkatan perekonomian yang lebih tinggi."

Neraca perdagangan Indonesia kembali defisit pada Februari 2013 yang nilainya mencapai 327,4 juta dollar AS. Secara kumulatif (Januari-Februari 2013), jumlah defisit perdagangan Indonesia tercatat 402,1 juta dollar AS.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menuturkan, penyebab defisit neraca perdagangan adalah impor BBM bersubsidi jenis premium. Rofi menambahkan, tahun 2012 merupakan titik terendah produksi gas dan diperkirakan tahun ini merupakan titik terendah produksi minyak  840.000-850.000 barrel per hari (bph). Adapun kebutuhan BBM bersubsidi tahun 2013 diprediksi 50 juta kiloliter (KL) hingga akhir tahun.  

Beragam cara pengendalian dilakukan pemerintah untuk menekan konsumsi BBM, tetapi tidak membuahkan hasil maksimal. Keterdesakan penyediaan BBM dilakukan dengan melakuan importasi migas yang semakin tinggi dari tahun ke tahun.

"Cara paling cepat untuk memenuhi kebutuhan BBM tinggi, yaitu dengan importasi. Namun, kebijakan itu akan berbahaya di masa datang jika negara produsen menahan minyak mereka dan kemampuan fiskal kita tidak dijaga dengan baik," ujarnya.

Perlu ada terobosan serius dalam menekan laju defisit perdagangan Indonesia saat ini dari sektor migas dengan mendorong optimalisasi pemanfaatan gas, energi alternatif, dan menemukan ladang-ladang minyak baru yang potensial.

Legislator dari Jatim VII ini menyadari bahwa telah sejak lama kondisi neraca minyak nasional mengalami defisit. Karena itu, yang dibutuhkan bukan hanya di sektor kebijakan, melainkan juga  kemampuan mengeksekusi dan implementasi kebijakan tersebut. Bank Indonesia mencatat, tingginya impor migas tersebut diperkirakan meningkatkan kebutuhan likuiditas valas domestik.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit perdagangan sepanjang tahun lalu mencapai 1,63 miliar dollar AS karena pukulan defisit neraca perdagangan migas sebesar 5,59 miliar dollar AS. Penyebab defisit karena impor migas meningkat dari 40,7 miliar dollar AS pada 2011 menjadi 42,25 miliar dollar AS pada 2012.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

    Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

    Whats New
    Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

    Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

    Whats New
    Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

    Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

    Whats New
    Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

    Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

    Whats New
    Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

    Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

    Whats New
    KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

    KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

    Whats New
    Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

    Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

    Whats New
    Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

    Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

    Whats New
    Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

    Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

    Whats New
    Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

    Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

    Whats New
    Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

    Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

    Whats New
    Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

    Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

    Rilis
    IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

    IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

    Whats New
    Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

    Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

    Whats New
    Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

    Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com