Jakarta, Kompas -
”Kami punya proyek pabrik semen yang dibangun di Baturaja dengan kapasitas 750.000 ton per tahun. Diharapkan, apabila selesai pada Juni 2013, kapasitas produksi yang saat ini sekitar 1,25 juta ton per tahun dapat meningkat menjadi 2 juta ton,” kata Direktur Utama PT Semen Baturaja Pamudji Rahardjo, di Jakarta, Rabu (3/4).
Anggaran sekitar Rp 350 miliar yang dibutuhkan untuk proyek tersebut berasal dari dana sendiri. Selain itu juga ada pembangunan pabrik komplet, yakni mulai bahan baku hingga semen, dengan kapasitas 1,85 juta ton.
Dana yang dibutuhkan untuk pabrik baru tersebut sekitar Rp 2,5 triliun. ”Sebanyak Rp 1 triliun dananya diharapkan dari IPO (penawaran saham perdana), Rp 1 triliun dari dana sendiri dan Rp 500 miliar dana didapatkan dari pinjaman,” kata Pamudji.
Potensi pasar di Sumatera tersebut dapat terpenuhi dengan penambahan kapasitas dari pendirian pabrik baru oleh perseroan tersebut diharapkan dapat memenuhi potensi pasar. Apalagi permintaan semen di Indonesia terus meningkat dan sejak tahun 2009-2012 tingkat konsumsinya selalu melebihi produksi.
Konsumsi semen domestik tahun 2009 sebanyak 38.416.000 ton, lebih tinggi dibanding produksi yang hanya 36.906.000 ton. Konsumsi semen domestik tahun 2010 sebesar 40.778.000 ton dengan produksi hanya 39.476.000 ton. Pada 2011, konsumsi semen domestik 48.000.000 ton, sementara total produksi 45.238.000 ton. Adapun konsumsi semen domestik tahun 2012 sebesar 54.969.000 ton, lebih tinggi dibanding produksi yang 51.922.000 ton.
Direktur Keuangan PT Semen Baturaja (Persero) Ageng Purboyo mengatakan, perseroan hingga akhir tahun 2012 mencatat pendapatan Rp 1,09 triliun. Pendapatan ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 yang sebesar Rp 1,05 triliun.
Hasil penjualan tersebut mendorong laba bersih perseroan menjadi Rp 299 miliar atau meningkat 19 persen dibandingkan pencapaian laba bersih pada 2011 yang nilainya Rp 252 miliar.
Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat, beberapa waktu lalu, mengatakan, industri semen merupakan satu dari tujuh cabang industri yang perlu ditingkatkan daya saingnya.
Peningkatan daya saing ini diperlukan untuk mengamankan pasar dalam negeri terhadap produk sejenis dari negara Asia Tenggara lainnya. Apalagi, pada tahun 2015 berlaku pasar tunggal ASEAN.