MEDAN, KOMPAS.com - Tiga warga Myanmar penghuni Rumah Detensi Imigrasi Medan, yakni Win Thike, Soe Paing, dan Kyew Kyew, meminta perlindungan. Mereka trauma dengan bentrok yang menewaskan delapan rekannya.
Keinginan ketiga warga Myanmar itu tertuang dalam bentuk tulisan di papan tulis. ”Give us another change to live without fear. Take action immediately. Please change us (Sri Lanka). Sri Lanka is refugees camp, we are in fear and suffering that incident happened here,” begitu ungkapan mereka seperti terlihat Sabtu (6/4).
Menanggapi hal itu, Kepala Seksi Registrasi Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Medan Rida Agustian menjelaskan, pihaknya akan menyerahkan tiga warga Myanmar tersebut kepada Direktorat Jenderal Imigrasi di Jakarta. Langkah ini untuk menghindari potensi konflik lanjutan. ”Selanjutnya, pihak ditjen akan menghubungi perusahaan perikanan yang mempekerjakan ketiga warga Myanmar itu agar bisa segera dipulangkan,” kata Rida.
Ketiga warga Myanmar itu merupakan bagian dari 35 nelayan Myanmar yang ditangkap TNI Angkatan Laut enam bulan lalu. Sebanyak 24 orang telah diberangkatkan ke Malaysia untuk bekerja sebagai nelayan. Sisanya, 11 orang, masih tinggal di Rudenim Medan.
Pada Jumat dini hari, delapan warga Myanmar tersebut terlibat bentrok dengan puluhan warga Rohingya karena isu pelecehan seksual. Akibatnya, delapan warga Myanmar tewas dan kini tinggal tiga orang.
Dalam kasus ini, Kepala Kepolisian Resor Belawan Ajun Komisaris Besar Endro Kiswanto menetapkan 19 tersangka. Semuanya adalah warga Rohingya yang diduga terlibat bentrok.
Pihak Rudenim Medan masih menunggu hasil otopsi Rumah Sakit Pirngadi, Medan, terhadap delapan jenazah tersebut. Setelah itu, mereka akan menunggu hasil pembicaraan antara Direktorat Jenderal Imigrasi dan Pemerintah Myanmar untuk membawa jenazah ke negara mereka atau dimakamkan di Indonesia.
Sementara itu, untuk menghindari bentrok lanjutan, puluhan polisi berjaga di Rudenim Medan. ”Jangan sampai lengah. Jaga baik-baik dan tolong dibantu Rudenim Medan ini,” kata Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Inspektur Jenderal Wisjnu Amat Sastro.
Selain itu, Pelaksana Harian Rudenim Medan Yusuf Umardani mengatakan, pihaknya akan memisahkan antara penghuni rudenim yang berkeluarga dan tidak. Tahanan perempuan juga akan dipindahkan ke rumah hunian yang lebih layak dan tidak menyatu satu kompleks dengan tahanan pria seperti selama ini.
Menurut dia, selama ini mereka digabung karena tidak ada tempat lain. Selama ini juga tidak pernah ada bentrok antartahanan meskipun mereka berasal dari berbagai negara.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.