Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PERBANKAN

Aset BTPN Capai Rp 59,1 Triliun

Kompas.com - 10/04/2013, 04:03 WIB

Mojokerto, Kompas - Kinerja yang baik sepanjang 2012 berdampak positif pada pencapaian aset Bank Tabungan Pensiunan Nasional yang mencatat total Rp 59,1 triliun atau tumbuh sebesar 27 persen dibandingkan dengan 2011 yang mencapai Rp 46,7 triliun.

Hal itu dikemukakan Corporate Communications Head PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Eny Yuliati kepada wartawan saat meninjau usaha kecil menengah (UKM), Selasa (9/4), di Mojokerto, Jawa Timur.

Dikatakan, BTPN memfokuskan diri melayani dan memberdayakan segmen pasar besar yang terdiri dari pensiunan, usaha mikro dan kecil, serta komunitas prasejahtera produktif karena meyakini bahwa keterlibatan langsung dalam memberdayakan nasabah adalah kunci menuju pertumbuhan kinerja yang prima dan berkelanjutan.

”Untuk mewujudkan hal itu, BTPN mengimplementasikan model bisnis yang mengintegrasikan misi sosial dan bisnis dalam produk dan layanan serta kegiatan sehari-hari,” kata Eny.

Sinergi di antara kedua misi itu, menurut Eny, tecermin melalui Daya, sebuah program pemberdayaan terukur dan berkelanjutan yang diperuntukkan bagi semua nasabah BTPN. Daya memiliki tiga program, yaitu Daya Sehat Sejahtera, Daya Tumbuh Usaha, dan Daya Tumbuh Komunitas.

”Program Daya juga diperuntukkan bagi para pensiunan dan tidak terbatas bagi nasabah pelaku usaha mikro,” katanya.

Melalui program Daya, selama tahun 2012 BTPN berhasil menjangkau 1.200.468 penerima manfaat. Jumlah tersebut naik 50 persen dibandingkan dengan selama 2011 yang tercatat 802.069 penerima manfaat. Adapun jumlah aktivitas dan kelas pelatihan selama 2012 tumbuh menjadi 53.079 aktivitas atau meningkat 104 persen dibandingkan tahun 2011 yang tercatat 25.994 aktivitas.

Irwanto (37), salah seorang pelaku UKM patung batu di Trowulan yang menjadi binaan BTPN, mengatakan, sejak satu setengah tahun ia menjadi nasabah yang mendapat kucuran kredit pengembangan usaha Rp 50 juta. Tambahan modal usaha itu amat berarti, tetapi persoalannya pada pemasaran yang harus melalui pengepul di Bali.

”Keinginan saya bisa langsung ekspor ke luar negeri, tidak melalui Bali,” katanya. (TIF/MBA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com