Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenhub: Tren Kecelakaan Pesawat Menurun

Kompas.com - 15/04/2013, 16:16 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bhakti mengatakan, tren kecelakaan pesawat di Indonesia kini sudah cenderung menurun. Bahkan, kecelakaan pesawat terbang ini sudah lebih baik selama tiga tahun terakhir.

"Dalam tiga tahun terakhir, tren kecelakaan pesawat sudah bagus. Sudah kecil sekali, bahkan kita di bawah dunia," kata Herry saat konferensi pers Lion Air di kantor Kementerian Perhubungan Jakarta, Senin (15/4/2013).

Herry menambahkan, kecelakaan pesawat ini tidak bisa dibandingkan dari jumlah korban atau besaran kerusakan pesawat saat jatuh atau mengalami insiden, tetapi justru dibandingkan dengan sejuta kali penerbangan dalam setiap tahunnya.

"Di Indonesia, kecelakaan pesawat selama tiga tahun terakhir, yang besar hanya dua kali. Namun, yang kecil-kecil seperti di Papua yang banyak kecelakaannya," tambahnya.

Dalam catatannya, kecelakaan terbesar terjadi pada pesawat Merpati Airlines pada 7 Mei 2011. Pesawat tersebut jatuh di Teluk Kaimana, Papua Barat. Lokasi jatuhnya pesawat tersebut berjarak sekitar 500 meter sebelum mencapai ujung landas pacu Bandara Kaimana yang berada di tepian laut.

Pesawat tipe MA60 berkapasitas 56 penumpang itu dilaporkan mengangkut 21 penumpang dengan perincian 18 dewasa, 1 anak, dan 2 bayi. Dalam kecelakaan tersebut, seluruh penumpang dan kru diyakini meninggal. Selain itu, ada kecelakaan pesawat pada penerbangan percobaan maskapai Sukhoi di Gunung Salak. Seluruh korban yang berjumlah 45 orang tewas pada 2012 lalu.

Sementara kecelakaan pesawat lainnya antara lain pesawat Casa 212 milik PT Nusantara Buana Air yang hilang Kamis 29 September 2011 di Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Selain itu, pada 9 September, pesawat Susi Air jenis Caravan C 208 B pk-VVE, yang berangkat dari Wamena tujuan Kenyem wilayah Pegunungan Papua, jatuh di Distrik Pasema Kabupaten Yahukimo. Pilot Dave Cootes warga Australia dan kopilot Thomas Munk asal Slowakia tewas di tempat.

Di hari yang sama, pesawat Susi Air yang mengangkut dua penumpang dan dua kru tergelincir di Bandara El tari, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pesawat Susi Air yang baru tiba dari Sabu-Raijua itu tergelincir karena mengalami pecah ban belakang. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.

Belum genap dua pekan, atau tepatnya Kamis 22 September 2011, pesawat jenis Pilatus PK-UCE milik maskapai Yajasi jatuh di wilayah pegunungan Papua, tepatnya di sekitar Paspalei Kabupaten Yalimo, Papua. Pilot Paul Westlund dan dua penumpangnya, Bois Sama serta Yosua Salak, meninggal dunia.

Sehari kemudian, Jumat 23 September 2011, helikopter jenis Bell 412 milik Airfast, yang disewa PT Newmont Nusa Tenggara, juga jatuh. Heli yang diterbangkan pilot Agus Khaerudin dan kopilot Ari Palimpung ditemukan hancur berantakan di Pegunungan Dodo Rinti di lembah Kemilas Ropang, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Kedua awak heli ditemukan tak tewas. Yang terakhir adalah pesawat milik NBA yang menewaskan 18 orang penumpang dan kru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com