Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembersihan Etnis di Myanmar

Kompas.com - 23/04/2013, 02:24 WIB

BANGKOK, SENIN - Pemerintah Myanmar dituduh terlibat dalam praktik kejahatan kemanusiaan atas warga minoritas Muslim Rohingya. Tuduhan itu disuarakan organisasi hak asasi manusia internasional, Human Rights Watch, dalam laporannya setebal 143 halaman.

Laporan itu mengacu pada dua kali kerusuhan sektarian berdarah yang mengguncang Negara Bagian Rakhine, Myanmar, tahun lalu. ”Pemerintah Myanmar ikut terlibat dalam upaya penghapusan etnis. Hal itu bahkan masih terus mereka lakukan sampai sekarang,” ujar Direktur Asia HRW Phil Robertson, Senin (22/4).

Menurut Phil, Myanmar juga dituduh melakukan sejumlah praktik kejahatan kemanusiaan, termasuk pembunuhan, penganiayaan, upaya deportasi, dan pemindahan secara paksa.

Dalam laporannya itu, HRW bahkan melengkapi dengan data lokasi kuburan massal, yang mereka sebut sebagai salah satu bentuk upaya aparat menutup-nutupi keterlibatan mereka.

Laporan HRW itu dikeluarkan bersamaan dengan rencana pencabutan seluruh sanksi, kecuali terkait persenjataan, yang pernah dijatuhkan Uni Eropa (UE). Phil sangat menyayangkan jika UE mengambil keputusan itu.

Jika tetap dilakukan, hal itu dikhawatirkan justru malah akan berdampak mengikis pengaruh UE atas Myanmar sekaligus merusak upaya reformasi.

Juru bicara kepresidenan Myanmar, Ye Htut, membantah semua tuduhan HRW. Dia bahkan balik menuduh HRW sengaja mengepaskan rilis laporannya itu dengan waktu UE membuat keputusan. ”Pemerintah tak akan memedulikan laporan sepihak semacam itu. Pihak berwenang akan menunggu laporan temuan komisi pemerintah yang telah dibentuk untuk menyelidiki masalah itu,” tulis Ye dalam akun Facebooknya.

Dalam laporannya, HRW mengutip data pemerintah yang menyebutkan 211 orang tewas dalam dua kali kerusuhan di Rakhine, tahun lalu. Jumlah itu diyakini jauh lebih kecil dari yang sebenarnya terjadi.

Sementara itu, BBC menayangkan rekaman video kerusuhan Maret lalu di Meikhtila, Myanmar Tengah, yang secara resmi tercatat memakan korban hingga 43 orang.

Dalam tayangan itu tampak aparat keamanan hanya diam saat melihat warga merusak dan membakar rumah, bahkan membunuh sejumlah korban yang diyakini warga Muslim.

Sepasang suami-istri dan pegawai toko emas, yang diketahui menjadi pemicu awal kerusuhan berdarah, ditangkap dan dipenjara 14 tahun. (AFP/BBC/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com