KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Maskapai penerbangan murah, AirAsia, mencatat penurunan laba bersih sebesar 39 persen pada triwulan I-2013 akibat besarnya rugi translasi kurs (valas) terkait utang.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Malaysia, maskapai tersebut mengumumkan perolehan laba bersih pada tiga bulan pertama tahun ini sebesar 104,79 juta ringgit (34,79 juta dollar AS atau sekitar Rp 360 miliar) dari periode yang sama tahun lalu 172.44 juta ringgit.
Dari sisi pendapatan, perseroan mencatat kenaikan sebesar 11,3 persen menjadi 1,3 miliar ringgit (sekitar Rp 4,2 triliun) dari akhir Maret tahun lalu, yang didorong oleh kenaikan jumlah penumpang sebesar 7 persen.
“Perusahaan mengawali tahun 2013 dengan cukup baik, yang didorong oleh kinerja keuangan pada akhir tahun lalu,” ujar CEO Air Asia Aireen Omar, Rabu (22/5/2013).
Kinerja perusahaan tidak lepas dari anak usaha di sejumlah negara, yaitu Indonesia, Filipina, Thailand, serta Jepang. "Thai AirAsia mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 24 persen, sedangkan Indonesia 34 persen secara year on year," ujar CEO AirAsia Group, Tony Fernandes.
Perseroan menyatakan bakal terus mengembangkan usahanya. "Kami tak buleh berpuas diri dengan pencapaian yang telah ada, khususnya dengan hadirnya iklim kompetisi di Malaysia," lanjut Tony.
AirAsia tumbuh menjadi perusahaan penerbangan bujet terbesar di Asia, setelah sebelumnya mengawali bisnisnya dengan dua unit pesawat pada 2001. Saat ini perseroan telah memiliki 120 unit pesawat Airbus A320, dan menjadi salah satu pembeli terbesar pabrikan pesawat yang berbasis di Eropa itu.
AirAsia terus mengembangkan jumlah armadanya, dan ditargetkan bisa memiliki 360 unit pesawat pada 2026. Aireen menjelaskan bahwa AirAsia akan segera memiliki enam unit pesawat baru pada tahun ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.