Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembangkan Mesin Domestik

Kompas.com - 24/05/2013, 11:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian terus berusaha mendorong bertumbuhnya industri mesin dan komponen di dalam negeri. Apalagi, saat ini kemampuan memproduksi beberapa jenis mesin dan komponen tersebut sudah dikuasai pelaku industri Tanah Air.

”Beberapa komponen telepon genggam, misalnya, sudah ada industri di dalam negeri yang mampu membuatnya,” kata Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budhi Dharmadi di Jakarta, Kamis (23/5/2013).

Budhi ditemui seusai mendampingi Sekretaris Jenderal Kemenperin Ansari Bukhari menerima delegasi Bosideng Holdings Group of Jiangsu, China, yang menjajaki investasi bidang pembangkit listrik tenaga surya di Indonesia.

Penuturan Budhi, beberapa komponen telepon genggam yang sudah dibuat industri dalam negeri dimaksud, antara lain casing, layar sentuh, baterai, papan kunci (keypad), konektor, dan pengisi baterai.

Pemerintah berusaha mempertemukan industri komponen tersebut dengan perusahaan telepon genggam. ”Produk industri komponen di dalam negeri tersebut selama ini dijual ke luar negeri,” kata Budhi.

Budi menuturkan, selama ini ada semacam kelonggaran mengimpor mesin yang dibutuhkan untuk investasi di sektor agro, kehutanan, pertambangan, dan tekstil. ”Kami ingin sektor-sektor tersebut berkembang sehingga impor agar longgar,” katanya.

Masih ada kendala untuk mengembangkan industri mesin yang sifatnya spesifik atau jenisnya tidak banyak di dalam negeri.

Di sisi lain, industri di dalam negeri saat ini mampu membuat mesin-mesin generik, semisal ketel uap, motor, katup, pipa, conveyor, dan lainnya.

”Untuk mesin generik akan diperketat impornya untuk mendorong penggunaan mesin buatan dalam negeri,” ujar Budhi.

Budhi mengatakan, akibat sifat dan jenisnya yang spesifik tersebut, pertumbuhan industri mesin tidak sepesat industri kendaraan bermotor.

Berdasar data Badan Pusat Statistik, industri kendaraan bermotor, trailer, dan semitrailer, merupakan jenis industri manufaktur besar dan sedang yang tertinggi pertumbuhan produksinya di triwulan I 2013, yakni naik 27,73 persen dibandingkan triwulan I tahun 2012.

Pada periode yang sama, industri mesin dan perlengkapannya yang tidak termasuk dalam lainnya merupakan jenis industri manufaktur yang mengalami penurunan produksi, yakni turun 14,82 persen.

Sementara itu, pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil kendaraan bermotor pada triwulan I 2013 naik 7,57 persen dibandingkan triwulan I 2012. Pada periode sama industri manufaktur mikro dan kecil mesin dan perlengkapan yang tidak termasuk dalam lainnya pada triwulan I 2013 naik 6,93 persen.

Di tempat terpisah, Project Manager International Affairs Departemen Taiwan Electrical and Electronic Manufacturers’ Association, Julie Lin, mengatakan, pertumbuhan industri otomotif di Indonesia dinilai masih menjanjikan. Taiwan yang telah menjadi salah satu pemain dalam industri komponen otomotif Asia Tenggara memanfaatkan momentum dengan menjajaki kemungkinan kerja sama.

Ia mengatakan, potensi industri otomotif Indonesia menarik minat pelaku industri komponen Taiwan. Ada potensi kerja sama antara industri komponen dua negara.(CAS/K01)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com