Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UE Tidak Akan Mundur

Kompas.com - 29/05/2013, 02:34 WIB

Paris, Selasa - Tekanan Beijing rupanya tidak membuat Uni Eropa mundur dari rencana pemberlakuan tarif impor panel surya buatan China. Walaupun sebagian besar anggota UE, termasuk Jerman, menentang rencana tersebut, Perancis menyatakan mendukung langkah UE.

”Saya memuji reaksi Komisi Eropa walaupun langkah itu sebenarnya tertunda,” ujar Menteri Ekologi dan Energi Perancis Delphine Batho di Paris, Selasa (28/5).

Ia menambahkan, aturan perdagangan internasional harus tetap ditegakkan. ”Kita berkesempatan memberitahukan rekan kita China bahwa kita sangat ingin memperbarui hubungan perdagangan antara Eropa dan China, termasuk dalam bidang energi terbarukan,” ujar Batho.

Anggota UE akan mengadakan pemungutan suara pada 5 Juni mendatang, apakah akan mengenakan tarif rata-rata sebesar 47 persen terhadap panel surya China atau tidak. Jika disepakati, tarif ini akan mulai diberlakukan pada 6 Juni untuk masa percobaan dan dapat ditarik kembali jika ada kesepakatan di antara kedua belah pihak.

Negara besar, seperti Jerman dan Inggris, sudah menyatakan menentang rencana tersebut. Adanya perpecahan di antara anggota UE membuat rencana itu menjadi tidak menentu.

Lobi Beijing

Komisioner Perdagangan UE Karel De Gucht, yang bertemu dengan Wakil Menteri Perdagangan China Zhong Shan, di Brussels, Belgia, mengonfirmasikan bahwa memang ada resistensi dari beberapa anggota. Mereka yang menolak telah dilobi sebelumnya oleh Beijing.

”China tak akan membuat saya terkesan dengan menekan beberapa anggota. Mereka dapat berusaha menekan anggota, tetapi itu akan sia-sia dan membuang-buang waktu saja jika mereka berusaha melakukan hal yang sama terhadap saya,” ujar De Gucht di hadapan Komite Perdagangan Parlemen Eropa. De Gucht mengatakan tidak akan mengikuti seruan China untuk membatalkan rencana pengenaan tarif tersebut.

Kasus panel surya ini merupakan kasus perdagangan terbesar yang ditangani Komisi Eropa. Sekitar 21 miliar euro (Rp 266 triliun) panel surya China terjual di UE, membuat industri UE tak dapat bersaing. UE mencurigai China telah melakukan dumping atau menjual barang lebih murah dibandingkan dengan harga di dalam negeri.

Sementara itu, dalam kasus perdagangan lain, China telah sepakat membatasi pelabelan champagne hanya untuk minuman anggur yang diproduksi di wilayah Perancis yang memang menyandang nama itu. Kelompok pengusaha anggur Perancis menyambut baik kesepakatan tersebut. Penjualan anggur di China meningkat dari hanya 50.000 botol pada tahun 2001 menjadi 2 juta botol tahun lalu. China merupakan pasar anggur terbesar kelima di luar UE.

Namun, China juga terkenal sebagai pembuat barang palsu. Label champagne dilekatkan secara umum, tidak hanya pada produk anggur buatan China, tetapi juga pada barang lain, mulai dari lilin hingga mainan anjing. Dengan pembatasan ini, produsen anggur Perancis dapat mengambil langkah hukum jika ada pelanggaran.(AFP/Reuters/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com