Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR Usul Subsidi Dipatok Per Liter

Kompas.com - 29/05/2013, 07:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — DPR mengusulkan agar subsidi BBM dipatok per liter. Menurut anggota DPR RI Komisi XI dari Fraksi Golkar, Nusron Wahid, bukan harga jual BBM yang dipatok secara tetap berkat subsidi APBN, melainkan besaran subsidi per liter yang bisa diterapkan pemerintah.

Dalam raker Komisi XI dengan pemerintah, Selasa (28/5/2013), Nusron memberikan ilustrasi jika kemampuan subsidi pemerintah hanya Rp 2.000 per liter. Apabila harga bensin di pasar dunia naik sebesar Rp 10.000 per liter, maka harga bensin sebesar Rp 8.000. Namun jika harga bensin di pasar dunia turun menjadi Rp 7.000 per liter, maka harga bensin menjadi Rp 5.000 per liter.

"Ini terjadi karena kemampuan subsidi dipatok sebesar Rp 2.000 per liter," papar Nusron.

Menurutnya, mekanisme ini bisa menjadi jawaban persoalan ketidakadilan struktur penerima BBM bersubsidi. "Cuma besaran subsidi per liter itu tergantung berapa perhitungan dan kemampuan keuangan APBN," kata Nusron.

Mekanisme ini dirasa Nusron lebih baik dibanding saat ini, yang mematok harga jual BBM bersubsidi di pasar dalam negeri secara tetap. Sebab sekali harga BBM dinaikkan, akan selalu berdampak peningkatan inflasi yang mengakibatkan daya beli masyarakat menurun dan angka kemiskinan meningkat.

Usul Nusron ini mendapat tanggapan dari pemimpin rapat Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Harry Azhar Aziz. Usul ini pernah muncul beberapa tahun lalu. Namun, ide tersebut mendapat penolakan bukan dari Kementerian Keuangan, melainkan dari Kementerian ESDM. (Adhitya Himawan/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com