Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Kurang Menantang

Kompas.com - 30/05/2013, 03:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Kalangan pengamat ekonomi menilai sejumlah asumsi makro dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2013 sudah benar, tetapi kurang menantang. Asumsi pertumbuhan ekonomi harus lebih tinggi lagi supaya pemerintah bekerja lebih keras.

Pemerintah dan Komisi XI DPR, Selasa (28/5) malam, menyepakati perubahan asumsi makro untuk anggaran negara tahun 2013. Asumsi pertumbuhan ekonomi 6,2-6,5 persen, turun dari asumsi awal 6,8 persen. Asumsi inflasi 6,0-7,2 persen, lebih tinggi dari asumsi awal 4,9 persen. Asumsi nilai tukar rupiah Rp 9.600, melemah dari asumsi awal Rp 9.300 per dollar AS. Sementara asumsi tingkat bunga surat perbendaharaan negara tiga bulan tetap 5 persen.

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, A Tony Prasetiantono, Rabu (29/5), menyatakan, pertumbuhan ekonomi 6,2 persen sudah benar. Namun, itu harus diakui kurang menantang.

Pemerintah, kata Tony, memang perlu ditantang lebih tinggi lagi supaya bekerja keras. Namun, pertumbuhan ekonomi 6,5 persen sebagaimana diusulkan Komisi XI tidak realistis karena terlalu tinggi. Lebih realistis adalah 6,2-6,3 persen atau 6,2-6,4 persen.

Soal inflasi yang kisaran terbawahnya 6 persen, Tony yakin angka itu tidak masuk akal. Saat ini saja, inflasi (tahunan) sudah 5,73 persen. Padahal, harga bahan bakar minyak (BBM) belum naik. Jadi, kalaupun dibuat kisaran, target inflasi yang realistis adalah 6,7-7,2 persen.

Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan berpendapat, angka pertumbuhan ekonomi yang realistis adalah 6,2 persen. Angka pertumbuhan 6,5 persen tidak realistis.

Menurut Anton, semua negara mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi. Tahun lalu saja, pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 6,2 persen. Tahun ini tidak ada daya dorong ekonomi yang signifikan.

Sementara inflasi yang diusulkan 6 persen oleh Komisi XI pun, menurut Anton, juga tidak realistis. Angka inflasi usulan pemerintah, yakni 7,2 persen, pun berpotensi jebol. Inflasi bisa mencapai 7,76 persen.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti menyatakan, pelemahan rupiah sekarang banyak dipengaruhi oleh penguatan dollar AS secara global. Jadi, tampaknya ruang rupiah untuk kembali ke level Rp 9.600 sangat berat. (BEN/LAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com