Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerimaan Pajak Anjlok

Kompas.com - 31/05/2013, 02:39 WIB

Jakarta, Kompas - Target penerimaan pajak dan bea cukai anjlok Rp 54 triliun. Koreksi turun ini dipahami sebagai dampak pelambatan ekonomi global. Meski demikian, Dewan Perwakilan Rakyat meminta pemerintah untuk melakukan usaha ekstra agar penurunan tidak sebesar itu.

Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggelar rapat kerja dengan sejumlah eselon 1 Kementerian Keuangan di Jakarta, Kamis (30/5). Rapat yang dipimpin Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis itu membahas tentang penerimaan dan utang negara dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) Tahun 2013.

Hadir dari Kementerian Keuangan adalah Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Agung Kuswandono, dan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Robert Pakpahan.

Bambang menyatakan, target penerimaan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) turun Rp 54,5 triliun, dari Rp 971 triliun menjadi Rp 916,4 triliun. Bea keluar sebenarnya turun signifikan sebesar Rp 14,1 triliun, dari 31,7 triliun menjadi Rp 17,6 triliun.

Namun ini terkompensasi oleh cukai dan bea masuk sehingga target bea dan cukai secara agregat naik Rp 1,5 triliun menjadi Rp 103,7 triliun. Dengan demikian, ditambah penurunan dari PPh migas sebesar Rp 0,6 triliun, total penerimaan pajak serta bea dan cukai anjlok Rp 54 triliun.

Penurunan terbesar disumbang dari PPh nonmigas yang anjlok Rp 53,5 triliun, dari Rp 513,5 triliun menjadi Rp 460 triliun.

Fuad Rahmany menyatakan, besarnya penurunan target pajak terutama berasal dari sektor perdagangan. Oleh sebab itu, DJP akan mengusahakan penambahan penerimaan pajak di sektor lainnya.

Mulai Juni, DJP sedianya akan melakukan pemeriksaan massal terhadap sektor properti, pertambangan, dan perkebunan. Potensi pajak yang bisa dijaring diperkirakan sekitar Rp 40 triliun. Ini sudah masuk dalam target penerimaan pajak dalam RAPBN-P Tahun 2013 sebesar Rp 916,4 triliun, tetapi belum termasuk PPh migas senilai Rp 70,8 triliun.

Agung Kuswandono menyatakan, sudah tidak ada ruang untuk menaikkan bea keluar. Pasalnya, itu seluruhnya bergantung pada kegiatan ekspor dan faktor luar.

Harry Azhar Azis menyatakan, Komisi XI DPR memahami adanya penurunan target penerimaan. Namun demikian, yang masih digugat dari pemerintah adalah besarnya penurunan.

”Kami masih minta kepada pemerintah untuk melakukan upaya ekstra lagi agar penurunan pajak tidak sebesar itu. Dan bea cukai diminta agar bisa tambah lagi,” kata Harry. (LAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut soal Ormas Kelola Tambang: Bisa Konflik Kepentingan jika Enggak Diawasi

Luhut soal Ormas Kelola Tambang: Bisa Konflik Kepentingan jika Enggak Diawasi

Whats New
Luhut Sebut Sempat Kesal Tak Bisa Ambil Keputusan soal Kepala Otorita IKN Mundur

Luhut Sebut Sempat Kesal Tak Bisa Ambil Keputusan soal Kepala Otorita IKN Mundur

Whats New
Inflasi Tinggi Dorong Pensiunan untuk Kembali ke Dunia Kerja

Inflasi Tinggi Dorong Pensiunan untuk Kembali ke Dunia Kerja

Whats New
Soal China Investasi Pabrik Semen di Aceh, Kemenperin Sayangkan Pemkab Tak Koordinasi dengan Pusat

Soal China Investasi Pabrik Semen di Aceh, Kemenperin Sayangkan Pemkab Tak Koordinasi dengan Pusat

Whats New
KAI Ungkap Alasan Tak Langsung Terapkan Tarif Normal ke LRT Jabodebek

KAI Ungkap Alasan Tak Langsung Terapkan Tarif Normal ke LRT Jabodebek

Whats New
Perusahaan Penambang Bitcoin Perluas Bisnis ke Sektor AI

Perusahaan Penambang Bitcoin Perluas Bisnis ke Sektor AI

Whats New
Bank Muamalat Bidik Pertumbuhan Tabungan Haji 15 Persen Sepanjang 2024

Bank Muamalat Bidik Pertumbuhan Tabungan Haji 15 Persen Sepanjang 2024

Whats New
Kepala Otorita IKN Mundur, Kadin Yakin Investor Tidak Akan Hengkang

Kepala Otorita IKN Mundur, Kadin Yakin Investor Tidak Akan Hengkang

Whats New
Kepala Otorita IKN Mundur, Luhut Singgung soal Tak Bisa Eksekusi Lahan

Kepala Otorita IKN Mundur, Luhut Singgung soal Tak Bisa Eksekusi Lahan

Whats New
Bos BI Ramal Nilai Tukar Rupiah Menguat ke Rp 15.300 - Rp 15.700 pada 2025

Bos BI Ramal Nilai Tukar Rupiah Menguat ke Rp 15.300 - Rp 15.700 pada 2025

Whats New
Ada Pemadaman Listrik, Operasional LRT Palembang Berhenti Sementara

Ada Pemadaman Listrik, Operasional LRT Palembang Berhenti Sementara

Whats New
Kepala Otorita IKN Baru Bakal Dipilih Jokowi atau Prabowo? Ini Jawaban Pemerintah

Kepala Otorita IKN Baru Bakal Dipilih Jokowi atau Prabowo? Ini Jawaban Pemerintah

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Naik 12 Persen Jadi 1,7 Juta Orang pada Mei 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Naik 12 Persen Jadi 1,7 Juta Orang pada Mei 2024

Whats New
Menteri ESDM Ungkap Alasan Freeport Bisa Perpanjang Kontrak hingga Cadangan Habis

Menteri ESDM Ungkap Alasan Freeport Bisa Perpanjang Kontrak hingga Cadangan Habis

Whats New
Menakar Peluang Investasi di Pasar Indonesia

Menakar Peluang Investasi di Pasar Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com