Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PERBANKAN

Pertumbuhan Kredit Terancam Stagnan

Kompas.com - 04/06/2013, 03:05 WIB

Jakarta, Kompas - Risiko stagnasi dari sisi pertumbuhan kredit membayangi industri perbankan di Indonesia dalam kurun waktu empat tahun mendatang. Stagnasi pertumbuhan kredit akibat keterbatasan permodalan dan dana dinilai bakal berdampak bagi perekonomian karena perbankan Indonesia tidak punya kemampuan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pernyataan itu disampaikan Direktur Biro Riset InfoBank Eko B Supriyanto dalam paparan kajian tahunan Biro Riset InfoBank, di Jakarta, Senin (3/6). Hasil riset itu tertuang dalam ”Rating 120 Bank Versi InfoBank 2013”.

Menurut Biro Riset InfoBank, selain kebutuhan permodalan yang meningkat, pertumbuhan kredit yang lebih kencang daripada pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) membuat rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) perbankan tahun 2017 diprediksi hampir menyentuh 100 persen.

”Maka, perbankan harus giat mencari dana kendati upaya ini akan membuat suku bunga naik. Dan untuk penguatan modal, pemilik bank, terutama pemerintah, harus segera mengubah kebijakan dividen dan juga membatasi dividen dari bank-bank asing agar mampu meningkatkan kapasitas dari sisi permodalan,” tutur Eko.

Menanggapi hal itu, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, A Tony Prasetiantono menyatakan, istilah stagnasi terlalu dramatis. Menurut Tony yang juga Komisaris Independen Bank Permata, lebih realistis jika dikatakan bank menghadapi pertumbuhan yang melambat.

”Akhir-akhir ini pertumbuhan DPK memang lambat. Saya duga penyebabnya adalah rendahnya suku bunga sehingga dana masyarakat pindah ke pasar modal,” kata Tony. Kondisi ini pernah terjadi di Amerika Serikat tahun 1990-an ketika Gubernur Bank Sentral saat itu, Alan Greenspan, menurunkan suku bunga.

Tony menyatakan, ada dua pilihan bagi bank, yakni menurunkan ekspansi kredit dan/atau menginjeksi modal. Jadi, ke depan sangat mungkin ekspansi kredit melambat, misalnya menjadi di bawah 20 persen. Risikonya, pertumbuhan ekonomi juga bisa melambat.

”Namun, tidak sampai stagnasi. Stagnasi adalah jika kredit tidak tumbuh atau tumbuh sangat rendah, misalnya di bawah 5 persen,” kata Tony.

Tantangan makro

Eko menyatakan, sejumlah tantangan makro perekonomian akan berdampak pada industri perbankan. Disulut oleh kenaikan inflasi akibat kenaikan harga sejumlah komoditas pangan, inflasi 2013 berpotensi meningkat dan makin meningkat seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi yang menurut rencana akan diberlakukan pertengahan Juni 2013.

Menurut Eko, perbankan harus mengantisipasi sejumlah hal. Untuk meredam inflasi yang diprediksi mencapai 7,6 persen, Bank Indonesia sangat mungkin menaikkan BI Rate. Hal ini akan mendorong kenaikan suku bunga simpanan ataupun pinjaman bank-bank. Sektor riil pun diperkirakan akan terpengaruh yang pada akhirnya akan berimbas ke kinerja sektor perbankan. (PPG/BEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com