Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Harus Peka pada Indonesia

Kompas.com - 05/06/2013, 02:41 WIB

Jakarta, Kompas - Australia harus peka pada budaya Indonesia. Ini penting untuk meningkatkan hubungan bilateral Indonesia-Australia di masa depan. Ada banyak manfaat yang bisa diraih kedua negara di tengah perubahan geopolitik global.

Demikian terungkap dalam diskusi panel yang diselenggarakan Kompas di Jakarta, Selasa (4/6), yang dihadiri Pemimpin Umum Kompas Jakob Oetama. Semua pembicara berasal dari Asia Research Centre Murdoch University, Perth, Australia.

Para pembicara merupakan pakar tentang Indonesia yang mengajar di Murdoch University. Mereka adalah Prof Dr David Hill, Dr Ian Wilson, Prof Dr Vedi Hadiz, Prof Dr Richards Robinson, Dr Jeffrey Wilson, dan Dr Sharar Hameiri. Dosen Universitas Indonesia (UI), Inaya Rakhmani, tampil sebagai pembicara tentang pandangan media di Indonesia terhadap Australia.

Rektor Universitas Gadjah Mada Prof Dr Pratikno dan ekonom Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Rina Oktaviani, tampil sebagai pembahas topik diskusi dalam dua sesi. Moderator diskusi sesi pertama dosen Universitas Atma Jaya, Dr A Prasetyantoko, sementara pada sesi kedua, dosen UI Prof Dr Rhenald Kasali.

Vedi Hadiz mengatakan, banyak masalah yang terjadi dalam hubungan Indonesia-Australia disebabkan sensitivitas kultural yang tidak pada tempatnya (misplaced). Sensitivitas yang tidak pada tempatnya itu terjadi baik di kalangan orang Australia memandang Indonesia maupun sebaliknya.

Namun, di tengah berbagai prasangka dan masalah yang terjadi di antara kedua negara, Australia tetap menjadi salah satu tujuan utama para mahasiswa Indonesia untuk belajar, sebagaimana diutarakan David Hill.

Bahkan Hill mengaku terkejut jumlah mahasiswa dari Indonesia hanya turun sedikit dalam dua tahun terakhir, saat nilai tukar mata uang dollar Australia naik drastis.

Bersinergi

Richards Robinson mengingatkan agar konflik kecil dan persepsi negatif yang muncul tidak dijadikan sebagai gambaran hubungan bilateral RI-Australia. ”Saya sudah berada di Indonesia sejak Peristiwa Malari (1974), hubungan bilateral berkembang baik,” kata Robinson, yang juga ekonom.

Robinson mengatakan, memang hubungan bilateral RI-Australia secara ekonomi tidak besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com