Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangan Jadi Ajang Spekulasi

Kompas.com - 05/06/2013, 02:48 WIB

Jakarta, Kompas - Perusahaan-perusahaan besar menjadikan pangan sebagai komoditas untuk meraup laba. Pangan dijadikan komoditas untuk berspekulasi. Dijadikan bahan energi. Cukup atau tidaknya pangan juga dipakai untuk pertimbangan mencari untung di pasar saham.

”Indonesia pun tak luput dari dampak sistem tersebut,” kata Henry Saragih, Koordinator Umum Gerakan Petani Internasional atau La Via Campesina di Jakarta, Selasa (4/6), saat menjelaskan materi Konferensi Ke-6 Gerakan Petani Internasional atau La Via Campesina di Jakarta pada 6-13 Juni 2013.

Acara dijadwalkan berlangsung di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Para peserta acara dengan jumlah sekitar 750 orang berasal dari 150 organisasi petani yang tersebar di 76 negara.

Henry memberi contoh, harga bawang merah yang hanya sekitar Rp 10.000 per kilogram (kg) pada Januari 2013, melambung menjadi Rp 80.000 per kg dalam waktu tiga bulan saja. Demikian pula pengaruh sistem yang membuat harga daging sapi di Indonesia amat tinggi.

”Lalu, bawang putih yang diimpor hanya sekitar 15 persen dari kebutuhan pada tahun 1998. Sekarang, 95 persen bawang putih diimpor,” ujar Henry. Dalam kurun waktu yang sama, proporsi impor kedelai juga naik tajam dari 15 persen menjadi 75 persen dari kebutuhan.

Dalam konferensi itu akan dibahas perampasan tanah petani yang tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, dan China. Program pengurangan tingkat kelaparan di dunia dinilai gagal. Langkah itu justru menyuburkan tumbuhnya perusahaan transnasional, sementara kelaparan semakin meluas. Persoalan itu akan menjadi tema yang mengemuka dan dibahas dalam konferensi petani internasional di Jakarta.

Satu miliar kelaparan

Henry, yang juga Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), mengatakan, saat ini, kelaparan melanda 1 miliar penduduk dunia. Kondisi itu bertentangan dengan rencana Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) yang mencanangkan pengurangan kelaparan tahun 1996.

FAO ingin mengurangi jumlah itu sebesar 50 persen pada tahun 2015. ”Kenyataannya, orang kelaparan sekarang justru bertambah. Malah, jika ditambah penduduk yang terancam kelaparan, jumlah itu ditaksir sekitar 2 miliar orang,” ujarnya.

Menurut anggota La Via Campesina, Wildan Tarigan, masalah keterbatasan lahan menjadi persoalan paling krusial yang dialami petani di Indonesia. Petani tidak lagi berdaulat sesuai predikat yang disandangnya karena tak lagi memiliki lahan. Sebagian besar petani hanya menjadi buruh penggarap lahan.

”Masalah lain yang tak kalah genting adalah masih banyaknya daerah rawan pangan. Sekitar 60 dari total 400 kabupaten di Indonesia memiliki problem tersebut,” ujarnya. Keadaan ini sangat ironis karena desa-desa seharusnya menjadi tempat penghasil pangan. (bay)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com