Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asing Masih Kabur, IHSG Sepekan Turun 2 Persen

Kompas.com - 15/06/2013, 14:35 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sepekan ini mengalami penurunan 104,58 poin (2,15 persen). Nilai ini masih lebih rendah dibanding pekan sebelumnya yang anjlok 203,31 poin (4,01 persen).

Analis Trust Securities Reza Priyambada mengatakan IHSG dalam sepekan kemarin memiliki sentimen negatif yang lebih banyak, sehingga mengakibatkan IHSG anjlok. "Pelemahan IHSG sepekan kemarin ini membalikkan level indeks ke level Februari 2013," kata Reza di Jakarta, Sabtu (15/6/2013).

Reza menambahkan pencapaian yang sudah susah payah dicapai IHSG selama lima bulan pertama di tahun ini, hilang hanya dalam hitungan hari demi hari sepanjang bulan Juni. Asing masih mencatatkan jual bersih (nett sell) meski sudah mulai berkurang.

Selama sepekan kemarin, asing melakukan nett sell sebesar Rp 9,144 triliun, lebih tinggi dari pekan sebelumnya Rp 5,094 triliun. "Untungnya laju koreksi pada IHSG dapat tertahan mengingat IHSG sudah kelebihan jual (oversold), sehingga masih ada harapan untuk kembali mengalami rebound," tambahnya.

Reza menganggap bahwa faktor yang menyebabkan kondisi bursa tidak nyaman antara lain masih rendahnya nilai tukar rupiah, turunnya nilai cadangan devisa dalam lima bulan terakhir hingga belum jelasnya waktu kenaikan harga BBM. Masih derasnya tekanan jual asing juga membuat IHSG terhempas.

"Meskipun asing masih dalam posisi jualan, namun kami melihat sudah mulai terbatasnya aksi jual tersebut," tambahnya. Di sisi lain, sudah rendahnya posisi harga sejumlah saham membuat pelaku pasar mulai menyicil akumulasi saham, meskipun masih dalam jumlah yang terbatas.

Namun berbalik negatifnya bursa saham Asia masih menahan laju IHSG. Meski IHSG sempat menghijau, kata Reza, namun pihaknya melihat saat itu IHSG belum mengkonfirmasi kenaikan signifikan untuk selanjutnya dan terbukti IHSG tidak menunjukkan potensi kenaikannya di hari berikutnya.

Hal ini diperparah dengan kondisi regional yang belum memberikan aura positif, terutama setelah perekonomian China menunjukkan pelemahan dan penurunan outlook pertumbuhannya oleh Bank Dunia, belum lagi nilai tukar Yen yang terus mengalami kenaikan.

Tidak cukup sampai di situ, IHSG pun terkena hantaman sentimen negatif dari keputusan BI untuk menaikkan BI rate menjadi 6 persen dari level 5,75 persen untuk mengantisipasi inflasi yang direspon dengan penurunan saham-saham konsumer, properti, dan lainnya.

Selain IHSG yang mengalami penurunan, indeks utama bursa domestik juga turun, khususnya indeks DBX yang memimpin penurunan 5,22 persen dan diikuti oleh ISSI dan MBX yang masing-masing anjlok 1,95 persen dan 1,65 persen.

Di sisi lain, laju indeks sektoral pun ikut terkena koreksi. Namun masih ada yang mampu bertahan positif antara lain indeks aneka industri, industri dasar dan perkebunan yang masing-masing mengalami kenaikan 2,51 persen, 2,22 persen dan 0,02 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com