Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dahlan: 16 Tahun Merugi, Wajar TelkomVision Dilepas

Kompas.com - 18/06/2013, 14:04 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan akhirnya buka suara soal rencana bisnis PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang melepas salah satu anak usahanya,  PT Indonusa Telemedia (Telkomvision) ke taipan media, Chairul Tanjung.

"Sejak didirikan selama 16 tahun lalu, Telkomvision rugi terus menerus. Makanya wajar kalau (Telkom) mengamputasinya," kata Dahlan melalui pesan singkat kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (18/6/2013).

Menurut Dahlan, Telkom dinilai tidak memiliki kapasitas untuk mengembangkan konten. Sebab, investasi untuk membuat konten itu memerlukan dana investasi yang besar. Apalagi kondisi perseroan (Telkomvision) juga rugi terus.

Dahlan mengatakan penjualan Telkomvision tersebut bukan karena desakan Chairul Tanjung yang ingin memiliki bisnis televisi kabel. Sebab, dua taipan media lainnya seperti grup media Bakrie telah memiliki Sky TV dan grup MNC telah memiliki Indovision dan Oke TV. Sementara grup SCTV dan Indosiar telah memiliki televisi berbayar, Next Media.

"Penjualan Telkomvision itu dilakukan melalui tender, bukan asal-asalan. Kalau penawar terbaik itu Chairul Tanjung, tentu tidak bisa SCTV atau penawar lain yang dimenangkan bukan?" jelasnya.

Seperti diberitakan, Direktur Utama Telkom Arief Yahya mengatakan pihaknya memang mencari mitra untuk mengembangkan Telkomvision ke depan. Apalagi di tengah persaingan bisnis televisi kabel yang semakin sengit. "Kita memang sudah melakukan conditional sales purchase aggrement (CSPA) dengan Trans Corp. Kita memang mencari mitra yang memang di bidangnya," ungkap Arief kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (14/6/2013).

Arief menambahkan dengan melepas saham Telkomvision sebesar 80 persen ke Trans Media, salah satu divisi usaha Trans Corp, maka Telkom akan fokus sebagai penyedia infrastrukturnya. Sementara mitranya bertindak sebagai penyedia konten. Lantas dengan hanya memegang 20 persen saham Telkomvision, akankah Telkom malah merugi dengan penjualan itu?

Arief menjelaskan bahwa pihaknya selama ini memang tidak menggantungkan laba dari bisnis televisi kabel itu. Sebab, mayoritas laba Telkom masih dikontribusikan dari bisnis seluler (PT Telekomunikasi Seluler atau Telkomsel). "Soal merugi, ya tentu kita tidak senaif itu. Soal keuntungan kita tidak akan tergerus.Soalnya core business kita kan di seluler. Untuk media (Telkomvision) keuntungannya masih relatif kecil ke induk," tambahnya.

"Wajar (dilepas) karena tidak pernah meraih keuntungan. Perusahaan penyelenggara televisi berbayar (TelkomVision) itu umurnya sudah dikelola selama 16 tahun, tapi selalu rugi," kata Dahlan, usai melakukan pertemuan dengan PM Papua Nugini Peter Charles Paire di Jakarta, Selasa (18/6/2013).

TelkomVision didirikan pada 1997 dan mulai beroperasi pada 1999, saham televisi kabel ini dimiliki oleh Telkom, PT Telkomindo Primabhakti (Megacell), PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), dan PT Datakom Asia (Datakom Asia). Namun, pada 2003, Telkom menjadi pemegang saham mayoritas dengan porsi saham 98,75 persen, dengan saham selebihnya dimiliki Datakom.

Hingga saat ini, pelanggan Telkomvision disebut melampaui 2 juta pelanggan. Masuknya Trans Corp ke bisnis televisi berbayar akan semakin meramaikan bisnis ini yang belakangan cukup marak di Indonesia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com