Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Pangan Berpotensi Jadi Liar

Kompas.com - 24/06/2013, 07:07 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -Harga bahan pangan pasca- kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi berpotensi menjadi liar di tengah melemahnya nilai rupiah terhadap dollar AS, awal masuk sekolah, dan meningkatnya kebutuhan menjelang Ramadhan. Pemerintah didesak serius mengendalikan harga.

Pedagang di sejumlah kota di Tanah Air mengakui, harga bahan pangan sudah meningkat sebelum pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Mereka meyakini harga akan terus meningkat menjelang Ramadhan.

”Kenaikan berbagai harga kebutuhan pokok sudah terjadi sejak lama sebelum pemerintah dan DPR mengambil keputusan untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak,” kata Hidayat, pedagang di Pasar Tanjung, Jember, Jawa Timur, Minggu (23/6/2013).

Pemerintah pekan lalu akhirnya memutuskan menaikkan harga Premium Rp 2.000 jadi Rp 6.500 per liter dan solar subsidi naik Rp 1.000 menjadi Rp 5.500 per liter. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan, keputusan ini akan berdampak inflasi terutama berdampak pada masyarakat berpenghasilan rendah. Menurut Hatta, keputusan ini pilihan yang amat sulit bagi pemerintah.

Hidayat mengakui saat ini pengaruh kenaikan harga BBM belum terasa karena harga sudah naik pada awal Juni lalu. Akan tetapi, menjelang bulan puasa nanti, harga-harga akan naik lagi. ”Kenaikan harga sekarang sih ada, tetapi tidak melonjak seperti pada awal bulan Juni,” ujarya.

Ia mencontohkan, harga ayam potong di Pasar Tanjung dari Rp 22.000 menjadi Rp 27.000 per kilogram. Harga ayam kampung ukuran sedang dari Rp 29.000-
Rp 30.000 menjadi Rp 35.000 per ekor.

Mintarja, pedagang bahan pokok di Jember, mengatakan, harga beras dalam setiap pengambilan dari agen selalu ada kenaikan. ”Sepekan lalu beras kualitas premium naik dari Rp 8.800 per kilogram menjadi Rp 9.000 per kilogram. Sekarang dari Rp 9.000 per kilogram menjadi Rp 9.200 per kilogram,” katanya.

Harga pangan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, langsung meroket sekalipun harga sayur, buahan-buahan, dan bumbu dapur lokal relatif stabil. Namun, harga beras termurah naik dari Rp 7.800 menjadi Rp 8.500 per kilogram, bawang merah dari Rp 40.000 menjadi Rp 60.000 per kilogram, dan bawang putih naik dari Rp 35.000 menjadi Rp 50.000 per kilogram.

Di Kota Tegal, Jawa Tengah, harga juga terus naik. Rini (35), pedagang bahan pokok di Pasar Pagi Kota Tegal, mengatakan, saat ini harga telur Rp 20.000 per kilogram. Padahal, selama sepekan ini harga telur naik dari Rp 15.500 menjadi Rp 18.500 per kilogram. Hal itu karena kenaikan harga BBM mengakibatkan kenaikan biaya transportasi.

Dia memperkirakan, harga bahan pangan masih akan naik pada bulan Ramadhan atau menjelang Lebaran. ”Nanti harga-harga bisa naik lagi,” ujarnya.

Perlu kerja keras

Sekretaris Komite Ekonomi Nasional Aviliani dalam acara pelatihan wartawan Bank Indonesia di Bandung, Jawa Barat, Sabtu, menyampaikan ada dua hal yang harus dijaga agar inflasi tahun ini terkendali. Dua hal itu adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan perkembangan harga bahan pokok.

Untuk nilai tukar, jika rupiah menembus Rp 10.000 per dollar AS, maka harga pangan akan naik. ”Pasalnya, masih banyak bahan pangan yang diimpor, seperti bawang putih,” ujarnya.

Untuk harga bahan pokok, pemerintah harus bisa memastikan informasi yang simetris di pasar. Selain itu, rantai distribusi harus diperpendek agar harga di tingkat konsumen tidak terlalu tinggi.

”Apabila hal-hal itu tidak dijaga, inflasi tahun ini bisa bergerak ke arah 8 persen. Apalagi, dalam bulan Juli ditambah kenaikan inflasi akibat mulai masuk sekolah dan bulan puasa,” kata Aviliani.

Pemerintah sejauh ini menjamin pasokan bahan pangan selama bulan Juni sampai dengan bulan Agustus akan cukup tersedia di pasar. Bahkan untuk menjamin harga tetap terkendali, pemerintah akan mengimpor sebagian komoditas pangan, seperti daging sapi, dan sejumlah produk hortikultura.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com