Harga premium naik Rp 2.000 menjadi Rp 6.500 per liter dan solar naik Rp 1.000 jadi Rp 5.500 per liter. Kenaikan harga BBM bersubsidi ini hampir sama dengan tahun 2008 lalu, tepatnya 24 Mei, pemerintah mengerek harga premium menjadi Rp 6.000 seliter dan solar menjadi Rp 5.500. Itu ketiga kalinya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan harga BBM selama masa pemerintahannya.
Dan, seperti yang sudah-sudah, bak bensin yang gampang menyambar ke mana-mana bila tersulut api, begitu juga efek kenaikan harga BBM bersubsidi. Alhasil, sudah bukan rahasia lagi, infl asi tinggi bakal mengekor kenaikan harga BBM. Lihat saja tahun 2005 dan 2008 lalu, saat pemerintah mendongkrak harga premium dan solar. Angka infl asi ketika itu mencapai dua digit, masing-masing sebesar 17,11 persen dan 11,06 persen.
Tapi, pada kenaikan BBM bersubsidi tahun ini, pemerintah kelewat percaya diri dan berani mematok target inflasi sepanjang 2013 hanya 7,2 persen. Memang, sih, lima bulan pertama inflasi berlari cukup pelan. Apalagi, dua bulan terakhir, April dan Mei terjadi defl asi. Sehingga, inflasi selama Januari hingga Mei lalu baru 2,28 persen.
Deflasi dua bulan berturut-turut tersebut yang membuat pemerintah makin mantap menaikkan harga BBM. “Saya masih percaya inflasi bisa 7,2 persen, tidak setinggi yang waktu itu dimunculkan oleh Bank Indonesia sebesar 7,76 persen,” kata Menteri Keuangan Chatib Basri.
Cuma, menurut Doddy Arifianto, ekonom Universitas MaChung, Malang, infl ansi tahun ini bisa mencapai 8,1 persen. Sebab, setiap kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar 10 persen akan menyebabkan inflasi 0,8 persen. Maka, dengan kenaikan harga BBM sekitar 33 persen bakal mendorong infl asi sejauh 2,5 persen.
Doddy memperkirakan, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap harga barang dan jasa akan berlangsung sampai Desember 2013. Pada bulan pertama dan kedua yang bertepatan dengan bulan puasa dan lebaran, efeknya memang sangat besar. “Tapi, bulan-bulan berikutnya akan mulai menurun dampaknya,” ujar dia.
Hanya, Destri Damayanti, Kepala Ekonom Bank Mandiri, mengingatkan, jika pemerintah tidak melakukan upaya langsung untuk mengerem kenaikan harga pangan, infl asi bakal terbang tinggi hingga 8,2 persen. Kalau pemerintah mampu menjaga pasokan makanan, inflasi tahun ini hanya 7,8 persen.
Walau tidak bisa menjadi patokan, berkaca ke pengalaman kenaikan harga BBM bersubsidi tahun 2008 yang hanya empat hari menjelang bulan puasa, ketika itu infl asi Oktober mencapai angka fantastis: 8,70 persen. Nah, kenaikan harga BBM tahun 2013 hanya dua pekan menjelang bulan Ramadhan.
Yang pasti, kenaikan harga BBM bersubsidi yang menyulut inflasi tinggi bakal menggerus daya beli masyarakat. Destri memproyeksikan, daya beli masyarakat yang semestinya bisa tumbuh di atas 5,3 persen tahun ini akan menjadi 5,1 persen.
Sulit tumbuh di atas 6 persen
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.