Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temasek Bisa Caplok Perusahaan Kelas Dunia, BUMN RI Kapan?

Kompas.com - 05/07/2013, 16:19 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Pekan ini, perusahaan investasi milik Pemerintah Singapura, Temasek Holdings, mengumumkan nilai portofolio bisnisnya di seluruh dunia mencapai 215 miliar dollar Singapura atau 169 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.680 triliun) pada tahun buku 2012-2013 yang berakhir pada Maret lalu.

Temasek menyatakan nilai portofolio itu mengalami kenaikan sebesar 8,6 persen dari periode yang sama tahun lalu. Jika dibandingkan dengan 10 tahun lalu, aset yang dicatat perusahaan investasi tersebut mencapai tiga kali lipat.

Sepuluh tahun lalu, aset Temasek masih berada di kisaran 61 miliar dollar Singapura atau sekitar Rp 500 triliun, ketika wabah SARS menyerang Asia.

"Tahun lalu, sudah ada tanda-tanda membaiknya perekonomian global. Risiko yang membahayakan akibat lesunya ekonomi dunia sudah mengecil. Meski demikian, risiko struktural masih tersisa dan belum sepenuhnya bisa diatasi," ujar Chairman Temasek, S Dhanabalan, dalam keterangan resminya, Kamis (4/7/2013).

Direktur Eksekutif Temasek Ho Ching menambahkan, portofolio yang dimiliki perseroan akan sangat tergantung pada bursa saham global setiap tahunnya. "Kami menjalankan bisnis dengan membeli saham perusahaan lain, termasuk berinvestasi di pasar modal. Ini berarti kami selalu menghadapi volatilitas pasar," tambahnya.

Membengkaknya aset perusahaan investasi itu memang tak lepas dari langkah spektakuler—dan beberapa kali kontroversial—oleh Temasek, dengan mencaplok perusahaan-perusahaan besar berskala global.

Pada Maret lalu, Temasek memperbesar kepemilikannya di perusahaan energi terkemuka asal Spanyol, Repsol.

Di sektor finansial, Temasek menguasai berbagai institusi keuangan global. Sebut saja Standard Chartered Bank (bank berbasis di Inggris), DBS (bank terbesar di Asia Tenggara), hingga bank yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar di dunia, Industrial and Commercial Bank of China (ICBC).

Belum lagi perusahaan lain yang skalanya lebih kecil yang tersebar di berbagai negara. Di Indonesia, Temasek juga telah masuk, baik secara langsung maupun tidak langsung, di berbagai perusahaan besar nasional, antara lain Telkomsel, Bank Danamon, dan DBS Indonesia.

Di Thailand, perusahaan investasi ini juga sukses menancapkan bisnisnya pada 2006 dengan mengakuisisi Shin Corporation, dari keluarga Thaksin Shinawatra.

Meskipun aksi korporasi itu dianggap memperparah krisis politik di negara tersebut, yang berujung pada turunnya Thaksin, toh Temasek tetap bertahan.

Fokus bisnis

Sepanjang tahun buku 2012-2013, Temasek telah menginvestasikan dana sebesar 20 miliar dollar Singapura, dengan porsi terbesar ke sektor energi dan sumber daya alam. Pada saat yang sama, perseroan menjual portofolio investasinya sebesar 13 miliar dollar Singapura.

Asia masih menjadi jangkar investasi perseroan, dengan 71 persen dana disebar di kawasan ini. Dana tersebut antara lain ditanam di Singapura (30 persen), dan China (23 persen).

Di luar Asia, Temasek juga menyebarkan jala investasinya hingga ke Amerika Utara dan Eropa, yang pada tahun lalu masing-masing memperoleh porsi investasi 12 persen.

Ke depan, Temasek akan lebih fokus berinvestasi ke sektor finansial, dengan kondisi bahwa saat ini porsi investasi ke sektor tersebut mencapai 31 persen dari total portofolio bisnisnya.

Bagaimanapun, mengguritanya bisnis Temasek tak lepas dari dukungan sepenuhnya yang diberikan Pemerintah Singapura. Seperti yang terjadi pada 2009 ketika krisis subprime mortgage meletus, nilai portofolio investasi Temasek anjlok signifikan.

Akan tetapi, Pemerintah Singapura membela habis-habisan Temasek di hadapan parlemen negara tersebut.

Bagaimana dengan BUMN?

Lantas, bagaimana dengan BUMN negara kita? Memang diakui, jika dihitung-hitung, aset semua BUMN nasional sebenarnya bisa lebih besar dari angka yang diumumkan Temasek itu.

Dari data Kementerian BUMN, hingga akhir 2012, nilai aset perusahaan milik pemerintah tak kurang dari Rp 2.500 triliun.

Meskipun besar, BUMN tak lebih seperti jago kandang yang menang berkompetisi di dalam negeri. Beberapa kali upaya untuk berkembang ke negara lain kandas.

Sebut saja, Telkom ingin masuk ke Kamboja. Namun rencana itu gagal karena kalah berkompetisi dengan perusahaan telekomunikasi negara lain. Bahkan, bank BUMN ingin masuk ke Singapura saja hingga saat ini tak juga kunjung berhasil.

Sedikit catatan yang agak menggembirakan, Semen Indonesia beberapa waktu lalu berhasil mengakuisisi perusahaan semen Vietnam, Thang Long. Ini menjadi sebuah prestasi besar bagi BUMN, di tengah pacekliknya keberhasilan berekspansi ke luar negeri.

Ya, sebenarnya bisa saja BUMN menyamai Temasek dengan segala keberhasilannya mencaplok perusahaan-perusahaan kelas dunia. Akan tetapi, masih banyak yang harus diselesaikan tentunya, di samping juga keberpihakan pemerintah yang kerap kali tak jelas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com