Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Omzet Ratusan Juta dari Utak-atik Foto Iklan

Kompas.com - 07/07/2013, 11:06 WIB


KOMPAS.com -
Anda pasti sering melihat iklan alias pariwara produk yang dimuat di media cetak, atau dalam bentuk baliho dan spanduk. Gambarnya terlihat menyatu dan natural meskipun merupakan hasil penggabungan beberapa gambar atau foto. Nah, penggarapan iklan tersebut melibatkan keahlian digital imaging (DI).

Digital imaging adalah teknik mengolah foto atau visual dua dimensi. Teknik ini bertujuan mempercantik tampilan, menggabungkan beberapa foto, sehingga tampak nyata dan pesan bisa diterima khalayak. Orang yang menggeluti digital imaging disebut DI artist.Teknik yang digunakan berbeda dengan retoucher foto biasa.

Selain mendesain iklan cetak, digital imaging juga merupakan dasar dari pembuatan kalender atau brosur. Proses pengerjaan iklan produk di media cetak selalu diawali dengan pemotretan obyek yang akan diiklankan. Kemudian, foto memasuki proses digital imaging untuk dipadu dengan background dan beberapa gambar pendukung lainnya.

Andrea Marpaung, seorang DI artist asal Jakarta menuturkan, tak sulit menjadi DI artist. "Cukup memiliki software Photoshop di komputernya," ujar lulusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Bandung ini.

Menurut Andrea, tak ada definisi baku digital imaging. Yang jelas, sifatnya mengolah beberapa foto atau visual dua dimensi menjadi sebuah foto yang menarik, dan terkadang tidak masuk akal dalam dunia nyata. "Namun, seorang DI artist harus memperhatikan kerapihan pengerjaan, supaya foto terlihat natural,"  ungkap perempuan yang sudah menggeluti digital imaging sejak lima tahun silam ini.

Meski demikian, Andrea bilang, seorang DI artist tidak harus mempelajari secara formal. Maklum, sekarang banyak bertebaran informasi mengenai teknis digital imaging di internet.

Melalui Andrea Marpaung Digital Imaging Artist, ia sudah mengerjakan beberapa proyek iklan dari klien-klien besar. "Saya pernah bekerja sama dengan Toyota, Honda, Sharp, Biore, dan sebagainya. Semua untuk tujuan komersil di media cetak," ujarnya.

Untuk menggarap order dari klien, Andrea dibantu dua DI artist lainnya, dan seorang fotografer. Untuk merampungkan sebuah order iklan, ia butuh waktu sekitar lima hari. "Dengan waktu segitu, seorang DI artist bisa lebih teliti untuk mengedit foto, sehingga bisa lebih natural," tutur Andrea.

Pemain lain di Bengkulu, Yudi Ardi Yandi mengaku, sanggup merampungkan proses digital imaging sebuah iklan dalam waktu sehari. Menurutnya, bagian tersulit dari pekerjaan ini justru  mencari ide dan konsep iklan. "Untuk mencari ide, saya suka browsing," beber pria yang sudah menggeluti dunia edit foto sejak 1998 ini.

Makanya, pemilik Mulya Digital Imaging ini berani menjanjikan waktu sekitar tiga hari untuk merampungkan sebuah order dari klien.  

Omzet ratusan juta

Lantaran butuh ketelitian dan ide yang ciamik, tak heran bayaran seorang DI artist terbilang mahal. Apalagi, pengguna jasa mereka biasanya perusahaan-perusahaan besar.

Rata-rata, seorang DI artist mematok tarif puluhan juta rupiah. Namun, Andrea bilang untuk seorang DI artist pemula, rata-rata tarifnya berkisar Rp 3 juta-Rp 10 juta per proyek. "Tapi kalau yang memang jago dan dikenal, tarifnya tentu lebih mahal," ungkapnya.

Ia mengaku, tiap bulan bisa mengantongi Rp 150 juta. "Rata-rata lima-enam proyek per bulan," ungkapnya.

DI artist asal Bandung, Yogi Kusuma pun mengklaim, bisa meraup omzet sekitar Rp 150 juta sebulan.  Sama seperti Andrea, pria yang sudah berprofesi sebagai DI artis sejak 2008 ini mengerjakan berbagai iklan media cetak dari perusahaan ternama. Sebut saja Toshiba, L'oreal dan XL.

Sementara, Yudi yang berdomisili di Bengkulu, hanya mematok tarif mulai dari Rp 40.000 hingga Rp 200.000 per foto. "Saya bisa dapat omzet berkisar Rp 6 juta hingga Rp 10 juta sebulan," ujar lulusan Tekhnik Informatika Universitas Pelita Bangsa ini.

Ia mengaku, untuk di Bengkulu, memang masih banyak tantangan dalam menggeluti usaha ini. Maklum, belum banyak masyarakat yang memahami konsep digital imaging, sehingga usaha ini masih sulit dikembangkan di daerah. "Di daerah, digital imaging belum menjadi tren," ungkapnya. (Noor Muhammad Falih, Revi Yohana, Pravita Kusumaningtias)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Gejolak Global, Erick Thohir Telepon Direksi BUMN, Minta Susun Strategi

Ada Gejolak Global, Erick Thohir Telepon Direksi BUMN, Minta Susun Strategi

Whats New
Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Whats New
Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com