Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Meroket, Pemerintah Harus Lakukan Terobosan

Kompas.com - 12/07/2013, 09:55 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Langkah terobosan menjadi keharusan karena kenaikan harga yang meroket belakangan ini lebih karena pasokan bahan  pangan tertentu yang minim. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan para spekulan sehingga harga kian tak terkendali.

Ketua Harian Dewan Hortikultura Nasional Benny A Kusbini, Kamis (11/7/2013), saat dihubungi di Lampung, menyatakan, pemerintah harus segera menugaskan secara khusus perusahaan badan usaha milik negara seperti Perusahaan Perdagangan Indonesia atau PT Rajawali Nusantara Indonesia untuk mengimpor bawang merah dan cabai, langsung dari Thailand dan Vietnam.

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, ada empat bahan pangan yang antara persediaan dan kebutuhannya mengalami surplus tipis selama periode Juni-Agustus. Keempat bahan pangan itu adalah bawang merah (surplus 88.400 ton), cabai besar (surplus 44.300 ton), cabai rawit (surplus 13.000 ton), dan daging sapi (surplus 5.500 ton).

Sementara jika ditarik hingga akhir tahun, ada tiga bahan pangan yang ketersediaan dan kebutuhan mengalami minus. Gula pasir minus 215.000 ton, cabai rawit minus 12.500 ton, dan daging sapi minus 75.300 ton.

Kementan anggap sepele

Langkah cepat, kata Benny, harus dilakukan agar tidak terjadi spekulasi harga komoditas yang semakin liar. Modal spekulan kuat, di sisi lain produksi komoditas tidak ada. ”Saya sudah ingatkan Kementerian Pertanian untuk mengantisipasi dampak gagal panen cabai dan bawang, tetapi mereka menganggap sepele dan mengatakan belum ada laporan. Sekarang mau cari barang tidak ada,” kata Benny.

Menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sampai awal bulan puasa, harga bahan pangan terus meroket. Dibanding Juni, harga empat bahan pangan melambung, yakni harga cabai rawit naik 63 persen, harga bawang merah naik 49 persen, serta harga daging ayam ras dan telur ayam ras naik 19,5 persen dan 9,32 persen.

Guna menurunkan harga di pasar, pemerintah sebagaimana telah disampaikan Menko Perekonomian Hatta Rajasa berkomitmen menambah pasokan di pasar dengan cara menambah impor. Impor bawang merah untuk periode Juli-Desember 2013 direncanakan 16.781 ton. Impor cabai merah direncanakan 9.715 ton. Pemerintah juga akan segera mengimpor 3.000 ton sapi.

Agar barang impor cepat sampai, Benny menyarankan, perusahaan BUMN yang ditunjuk bekerja sama dengan TNI Angkatan Udara untuk pengangkutan barang. ”Dari kedua negara itu barang bisa didatangkan dalam sepuluh hari. Kalau dari India butuh waktu sebulan,” katanya.

Terkait harga daging yang di beberapa kota mendekati  Rp 100.000 per kilogram, Siswono Yudo Husodo, anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai Golkar, mengatakan, pihaknya sudah bisa membaca strategi para pengusaha dan pedagang dalam mendongkrak harga daging sapi.

”Yang harus dilakukan sekarang bagaimana perusahaan penggemukan menggelontorkan sapi-sapi yang mereka gemukkan, baik sapi eks impor maupun sapi lokal,” ujar Siswono.

Pengamat ekonomi Bustanul Arifin mengatakan, kondisi saat ini merupakan kombinasi dari ekspektasi pedagang karena telah melihat adanya tren kenaikan harga sebagai akibat kebutuhan awal Ramadhan dan musim  panen yang tak terlalu sukses serta dampak psikologis kenaikan harga BBM. Dengan situasi seperti itu, pedagang pasti tidak akan langsung mengeluarkan barang.

”Semua ingin mengamankan kepentingan masing-masing. Mengapa sudah tahu seperti itu, pemerintah lamban mengantisipasi? Ini yang ditagih masyarakat,” kata Bustanul. Ia menyarankan agar pemerintah pusat mendorong pemerintah daerah untuk mengendalikan harga. Dia menilai pemda mengetahui pasokan dan kondisi riil pasar.

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Pembangunan Firmanzah menyatakan, Presiden terus memonitor dan mengikuti fluktuasi harga kebutuhan pokok. (MAS/WHY/MAR/LAS/ETA/DIA/APO/COK/EKI/RUL/WIE/ABK/SIR/AHA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com