Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemudik Siap-siap Hadapi Kemacetan Akut

Kompas.com - 22/07/2013, 07:41 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Kementerian Perhubungan memprediksi jumlah pemudik tahun ini meningkat 4,5 persen dibandingkan tahun 2012. Total pemudik mencapai 17,39 juta orang di seluruh Tanah Air.

Arus pergerakan manusia belasan juta jiwa ini sebagian besar akan menggunakan angkutan jalan. Jumlah pemudik angkutan jalan ini mencapai 6,2 juta jiwa. Selebihnya menggunakan pesawat terbang (3,7 juta), angkutan penyeberangan (3,3 juta), kereta api (2,7 juta), dan angkutan laut (1,28 juta).

Ancaman kemacetan akut di jalan raya ini karena diperkirakan 6,2 juta orang itu akan menggunakan 1.759.775 kendaraan pribadi. Jumlah ini meningkat 6,17 persen dari tahun 2012 sebesar 1.657.507 unit. Sementara itu, jumlah sepeda motor diperkirakan 3.027.263 unit, meningkat 8,15 persen dari tahun lalu.

Pada saat bersamaan, jalan raya yang akan dilalui pemudik jalan ini juga belum sepenuhnya siap. Hingga 17 hari sebelum hari Lebaran pada 8-9 Agustus mendatang atau H-17, sejumlah pekerjaan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana arus mudik belum selesai dilakukan, seperti pekerjaan perbaikan jalan di pantai utara Jawa.

Dari pantauan Kompas, kerusakan jalan juga masih terlihat pada pelintasan kereta api sebidang. Misalnya di Jawa Tengah, pelintasan yang rusak terlihat di pelintasan Krandegan (ruas Buntu-Sampang), pelintasan Kalirajut (ruas jalan Purwokerto-Cilacap), dan beberapa pelintasan di wilayah Kebumen. Kerusakan tersebut rawan mengakibatkan pemudik dengan sepeda motor tergelincir dan meminta korban manusia.

Catatan dari Direktorat Lalu Lintas Polri menunjukkan, selama arus mudik dan arus balik Lebaran tahun 2012, kecelakaan sepeda motor mencapai 5.710 kasus, atau 72 persen dari total kecelakaan yang terjadi. Kondisi jalan yang memprihatinkan dan jumlah pemudik dengan sepeda motor yang meningkat akan membuat angka kecelakaan ini meningkat jika tidak diantisipasi sejak dini.

Praktis hampir semua jalur keluar Provinsi Jawa Barat menuju Jawa Tengah dari Jakarta rusak dan tak nyaman bagi pemudik bergerak dalam kecepatan sedang sekalipun. Jalan berlubang, aspal terkelupas, dan bergelombang. Sejumlah perbaikan jalan di beberapa tempat, yang berpotensi menghambat laju kendaraan pemudik, sejauh ini belum menunjukkan akan segera rampung.

Setali tiga uang, jalan alternatif di Jawa Barat yang biasanya dipilih para pemudik dari Jakarta ke Jawa Tengah juga tidak mulus. Padahal, banyak pemudik yang berupaya menghindari jalan utama pantura Pulau Jawa. Kemacetan bakal tak terhindarkan akibat jalan menyempit, pasar tumpah, dan berbagai kegiatan umum lainnya.

Selain itu, di jalan menuju Pelabuhan Penyeberangan Merak juga masih terdapat beberapa spot kerusakan jalan yang berpotensi mengganggu kelancaran arus lalu lintas bagi pemudik jalan raya yang menuju arah barat, termasuk yang akan berlebaran di Sumatera.

Kemarau basah dengan hujan dan angin yang menimbulkan gelombang besar juga akan membuat pemudik bisa terhambat lama di Pelabuhan Penyeberangan Merak. Sejauh ini, kesiapan feri yang akan mengangkut para pemudik ke Sumatera dilaporkan memadai.

Feri yang sehat

Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry Danang Baskoro mengatakan, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan. Dari koordinasi itu diputuskan, hanya kapal-kapal yang sehat saja yang boleh berpartisipasi dalam angkutan Lebaran.

”Aturan itu terutama diterapkan di Pelabuhan Penyeberangan Merak. Pelabuhan itu merupakan pelabuhan yang paling ramai, baik di laut maupun di daratnya,” kata Danang. Danang juga berharap musim kemarau basah ini tidak menimbulkan gangguan cuaca dan gelombang tinggi bagi operasional feri.

Dengan peraturan itu, dari 44 kapal yang mempunyai izin beroperasi di Merak-Bakauheni, hanya 28 kapal yang diizinkan beroperasi. ”Kami tidak ingin ada kapal yang mogok saat mengangkut pemudik. Untuk itu, yang kami butuhkan kapal yang andal, cepat, dan bisa diprediksi waktunya,” kata Danang.

Guna mengurangi pemudik jalan berjejalan di jalan raya yang masih belum sepenuhnya siap menampung jutaan pemudik jalan, Kementerian Perhubungan telah menyiapkan kendaraan untuk mengangkut hampir 24.050 sepeda motor bagi para pemudik di Jawa maupun Sumatera.

Bambang S Ervan, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, mengatakan bahwa sepeda motor akan diangkut menggunakan kapal roro, truk, kapal laut, dan kereta api.

”Target angkutan sepeda motor yang menggunakan kapal roro adalah sebanyak 3.000 unit, truk 2.050 unit, kapal laut 8.000 unit, dan kereta api sebanyak 11.000 unit sepeda motor,” kata Bambang.

Guna mengurangi kemacetan akut di jalan raya, pemudik juga bisa mempertimbangkan angkutan alternatif. Pemerintah juga telah menyiapkan 216 kereta api reguler dan 46 kereta api Lebaran. Selain itu, sebanyak 235 lokomotif dan 1.594 kereta penumpang siap dioperasikan.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Tundjung Inderawan mengatakan, pada Lebaran tahun ini pemerintah juga mengoperasikan KA Krakatau yang melayani rute Merak-Madiun.

Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno mengatakan, kereta api sebenarnya merupakan moda transportasi ideal untuk angkutan Lebaran. Apalagi PT KAI mendatangkan 200 lokomotif baru tahun ini.

”Angkutan barang Jakarta-Surabaya, misalnya, ditempuh dengan jalan darat setidaknya dua hari. Tetapi dengan kereta hanya butuh 15 jam karena tanpa hambatan,” ujarnya. (SEM/WIE/NIT/PRA/GRE/ARN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com