Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Presiden: Jangan Pura-pura Tak Tahu Kondisi Ekonomi Dunia

Kompas.com - 02/08/2013, 16:23 WIB
Penulis Sandro Gatra
|
EditorErlangga Djumena


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar semua pihak terkait untuk realistis dalam penetapan angka pertumbuhan ekonomi 2014. Dalam penyusunan APBN 2014, kondisi ekonomi dunia perlu dilihat.

"Lebih bagus kita menyadari bahwa seluruh dunia, ekonomi sedang susah. Semua sedang drop, menurun, bahkan ada yang minus. Jangan kita pura-pura tidak tahu bahwa keadaan dunia juga berpengaruh langsung kepada ekonomi kita," kata Presiden saat membuka sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (2/8/2013).

Hal itu dikatakan Presiden menyikapi rilis Badan Pusat Statistik. Inflasi Juli mencapai 3,29 persen atau tertinggi sejak krisis moneter pada Juli 1998 sebesar 8,56 persen. Akibatnya, target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen akan sulit dicapai.

Presiden mengaku sudah memperkirakan hasil tersebut. Dengan hasil itu, Presiden meminta jajaran pemerintah untuk melakukan langkah-langkah yang tepat agar secara keseluruhan angka pertumbuhan tahun ini tidak terlalu meleset dari rencana.

Presiden mengatakan, hasil tersebut harus dipakai untuk menentukan asumsi pertumbuhan ekonomi tahun depan. Jika kita melihat keadaan yang sebenarnya, kata Presiden, maka perumusan terhadap asumsi dan semua perencanan pembangunan akan tepat.

"Kita harus memiliki satu bahasa, satu persepsi, kemudian satu kesatuan untuk merencanakan pembangunan kita, baik RKP (rencana kerja pemerintah) maupun APBN," kata Presiden.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, jika realistis, maka target pertumbuhan ekonomi 6,3 persen susah dicapai. Perkiraan pihaknya, pertumbuhan ekonomi pada semester-I adalah 6 persen-6,1 persen. Kenyataannya hanya 5,9 persen.

"Kalau mau tumbuh 6,3 persen, semester-II harus tumbuh tinggi sekali. Rasanya memang ada risiko 6,3 persen tidak dicapai. Tapi kita mau coba kejar supaya bisa tumbuh di atas 6 persen," kata Chatib.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Kekhawatiran Krisis Perbankan Mereda, Saham-saham di Wall Street Menghijau

Kekhawatiran Krisis Perbankan Mereda, Saham-saham di Wall Street Menghijau

Whats New
[POPULER MONEY] Kala Sri Mulyani Singgung Nama Gayus | Pemerintah Bukan Melarang Thrifting, tetapi...

[POPULER MONEY] Kala Sri Mulyani Singgung Nama Gayus | Pemerintah Bukan Melarang Thrifting, tetapi...

Whats New
Jabatan Mari Elka di Bank Dunia Berakhir, Dubes AS: Dia Bukan Sosok Sembarangan di Perekonomian RI

Jabatan Mari Elka di Bank Dunia Berakhir, Dubes AS: Dia Bukan Sosok Sembarangan di Perekonomian RI

Whats New
Lebaran 2023, Penumpang di 15 Bandara AP I Diprediksi Naik Jadi 3,38 Juta

Lebaran 2023, Penumpang di 15 Bandara AP I Diprediksi Naik Jadi 3,38 Juta

Whats New
Bukan Lagi Inalum, Nama Baru MIND ID jadi PT Mineral Industri Indonesia

Bukan Lagi Inalum, Nama Baru MIND ID jadi PT Mineral Industri Indonesia

Rilis
Kemenkop UKM Buka Nomor Pengaduan untuk Pedagang Pakaian Bekas yang Terdampak Kebijakan Impor Ilegal

Kemenkop UKM Buka Nomor Pengaduan untuk Pedagang Pakaian Bekas yang Terdampak Kebijakan Impor Ilegal

Whats New
Kick Off Food Estate di Papua, Jokowi Minta Pemerintah Beri Kepastian Harga Jual ke Petani

Kick Off Food Estate di Papua, Jokowi Minta Pemerintah Beri Kepastian Harga Jual ke Petani

Whats New
Cara Mengurus SNI untuk UMK, Gratis dan Dapat Pembinaan

Cara Mengurus SNI untuk UMK, Gratis dan Dapat Pembinaan

Whats New
Menkop UKM: Thrifting Membunuh Tukang Jahit, Designer hingga Pembuat Resleting

Menkop UKM: Thrifting Membunuh Tukang Jahit, Designer hingga Pembuat Resleting

Whats New
Tingkatkan Keamanan, PGN Bangun Infrastruktur First Welding Pipa Gas Bumi untuk FajarPaper

Tingkatkan Keamanan, PGN Bangun Infrastruktur First Welding Pipa Gas Bumi untuk FajarPaper

Rilis
Kementan Hibahkan Bantuan Irigasi Perpompaan untuk Petani Lampung Selatan

Kementan Hibahkan Bantuan Irigasi Perpompaan untuk Petani Lampung Selatan

Rilis
Ada Subsidi Motor Listrik, Gesits: Peningkatan Produksi Tergantung Permintaan Pasar

Ada Subsidi Motor Listrik, Gesits: Peningkatan Produksi Tergantung Permintaan Pasar

Whats New
'Thrifting' Dinilai Merusak Pasar UMKM

"Thrifting" Dinilai Merusak Pasar UMKM

Whats New
TikTok dkk Diperingatkan Segera Turunkan Konten Kreator yang Promosikan 'Thrifting'

TikTok dkk Diperingatkan Segera Turunkan Konten Kreator yang Promosikan "Thrifting"

Whats New
Infastruktur Jaringan yang Berkualitas Jadi Landasan Ekonomi Digital RI

Infastruktur Jaringan yang Berkualitas Jadi Landasan Ekonomi Digital RI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+